MAKALAH BAHASA INDONESIA
MENGEMBANGKAN
APRESIASI PROSA
BERTEMA
KEHIDUPAN
Disusun
oleh:
Nama : Sri Setiyo Astuti
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia Tingkat lanjut
Sekolah : XXXXXXXX
Tahun Pelajaran : 2025-2026
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, makalah berjudul “Mengembangkan
Apresiasi Prosa Bertema Kehidupan” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan apresiasi peserta didik
terhadap karya sastra, khususnya prosa
Prosa sebagai salah satu bentuk karya sastra
memiliki peran penting dalam menyampaikan nilai-nilai kehidupan, refleksi
batin, serta pengalaman manusia secara mendalam. Oleh karena itu, apresiasi
terhadap prosa perlu dikembangkan agar pembaca tidak hanya memahami makna
tersurat, tetapi juga mampu menangkap makna tersirat yang terkandung di
dalamnya.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Sampang, 13 Desember 2025
Penyusun
DAFTAR
ISI
- BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan - BAB
II Pembahasan
2.1 Pengertian Apresiasi Prosa Bertema Kehidupan
2.2 Sinopsis Cerita Mini Blog“Bapak Tulus” karya Srisa
2.3 Unsur Intrinsik dalam Cerita Mini Blog “Bapak Tulus” Karya Srisa
2.4 Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Mini Blog “Bapak Tulus” Karya Srisa
2.5 Peran Cerita Mini Blog “Bapak Tulus” dalam Mengembangkan Apresiasi Prosa - BAB
III Penutup
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan cerminan kehidupan manusia yang
dituangkan melalui bahasa yang indah dan bermakna. Salah satu bentuk karya
sastra yang dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah prosa. Prosa bertema kehidupan
sering kali menghadirkan realitas sosial, nilai moral, serta keteladanan yang
dapat dijadikan bahan refleksi bagi pembacanya. Melalui apresiasi prosa,
pembaca tidak hanya memahami cerita secara tekstual, tetapi juga mampu menangkap
pesan, nilai, dan makna yang terkandung di dalamnya.
Cerita mini blog berjudul “Bapak Tulus”
karya Srisa ini diterbitkan di sebuah blog pribadi bersahajagalby.blogspot.com.
Cerita mini blog ini merupakan salah satu contoh prosa bertema kehidupan yang
sarat nilai kemanusiaan. Cerita ini menggambarkan sosok tukang kebun sekolah
yang bekerja dengan penuh keikhlasan, kejujuran, dan tanggung jawab, serta
hubungannya dengan sang anak yang kelak berhasil meraih cita-cita berkat
keteladanan ayahnya. Oleh karena itu, karya ini layak diapresiasi sebagai bahan
pembelajaran sastra, khususnya dalam mengembangkan apresiasi prosa bertema
kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
- Apa pengertian apresiasi prosa bertema
kehidupan?
- Bagaimana sinopsis Cerita Mini “Bapak
Tulus” karya Srisa?
- Bagaimana unsur intrinsik dalam cerita mini “Bapak
Tulus” karya Srisa?
- Nilai-nilai kehidupan apa saja yang terkandung
dalam cerita “Bapak Tulus” karya Srisa?
- Bagaimana peran cerita “Bapak Tulus” karya
Srisa dalam mengembangkan apresiasi prosa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini :
- Mendeskripsikan konsep
apresiasi prosa bertema kehidupan.
- Menjelaskan sinopsis Cerita
Mini “Bapak Tulus” karya Srisa.
- Menganalisis unsur intrinsik
Cerita Mini “Bapak Tulus” karya Srisa.
- Mengidentifikasi nilai-nilai
kehidupan yang terdapat dalam Cerita Mini “Bapak Tulus” karya Srisa
karya Srisa.
- Menjelaskan pentingnya
cerita “Bapak Tulus” karya Srisa dalam pengembangan apresiasi
prosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apresiasi Prosa Bertema Kehidupan
Apresiasi prosa adalah kegiatan memahami,
menikmati, menilai, dan menghargai karya sastra prosa secara menyeluruh. Prosa
bertema kehidupan biasanya mengangkat pengalaman manusia sehari-hari yang dekat
dengan realitas sosial, seperti perjuangan hidup, hubungan keluarga, kejujuran,
pengorbanan, dan ketulusan.
Melalui
apresiasi prosa bertema kehidupan, pembaca diajak untuk berempati terhadap
tokoh, memahami konflik yang dihadapi, serta mengambil hikmah dari peristiwa
yang disajikan dalam cerita.
Aminuddin (2002) menyatakan bahwa apresiasi sastra merupakan
kegiatan memahami, menikmati, menghayati, dan menilai karya sastra secara
sungguh-sungguh. Apresiasi tidak berhenti pada pemahaman isi cerita, tetapi juga
mencakup pengenalan unsur-unsur pembangun karya sastra serta nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Dalam konteks prosa, apresiasi berarti kemampuan
pembaca untuk menangkap makna cerita melalui unsur intrinsik seperti tema,
tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.
Lebih lanjut, Aminuddin menjelaskan bahwa apresiasi
sastra melibatkan aktivitas intelektual dan emosional pembaca. Pembaca diajak
untuk berpikir kritis terhadap struktur cerita sekaligus merasakan pengalaman
batin tokoh-tokohnya. Dengan demikian, apresiasi prosa tidak hanya bersifat
analitis, tetapi juga empatik, karena pembaca berusaha memahami kehidupan tokoh
serta konflik yang dihadirkan dalam cerita.
Aminuddin (2002) juga menegaskan bahwa apresiasi
sastra memiliki peran penting dalam pembentukan sikap dan karakter. Melalui
penghayatan terhadap karya prosa yang bermutu, pembaca dapat menyerap nilai
moral, sosial, religius, dan pendidikan yang relevan dengan kehidupan nyata.
Oleh karena itu, pembelajaran apresiasi prosa di sekolah tidak hanya bertujuan
meningkatkan kemampuan berbahasa dan berpikir kritis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai
kemanusiaan.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apresiasi prosa menurut Aminuddin adalah proses menyeluruh yang mencakup pemahaman struktur karya, penghayatan makna, serta penilaian terhadap nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya. Kajian ini menjadi landasan teoretis dalam menganalisis dan mengapresiasi cerita mini “Bapak Tulus” sebagai prosa bertema kehidupan
B. Sinopsis Cerita Mini “Bapak Tulus” Karya Srisa
Cerita “Bapak Tulus” mengisahkan seorang tukang kebun tua di SMA Negeri 3 Karang Ayem yang bekerja dengan penuh keikhlasan meskipun usia dan kondisi fisiknya sudah renta. Ia selalu menanamkan nilai kejujuran dan kerja keras kepada anaknya, Tegar, yang bersekolah di tempat yang sama.
Dengan segala keterbatasan, Bapak Tulus mendampingi
Tegar hingga lulus sekolah dan melanjutkan pendidikan tinggi melalui beasiswa.
Setelah Bapak Tulus wafat, Tegar berhasil menjadi guru PNS dan kembali mengajar
di sekolah tempat ayahnya dulu bekerja. Kisah ini ditutup dengan suasana haru
ketika Tegar mengenang ketulusan sang ayah yang telah membentuk karakter dan
masa depannya.
C. Unsur Intrinsik Cerita “Bapak Tulus” Karya
Srisa
- Tema
Tema utama cerita ini adalah ketulusan dan kejujuran dalam menjalani kehidupan. - Tokoh dan Penokohan
- Bapak Tulus: sosok ayah
yang tulus, jujur, pekerja keras, dan religius.
- Tegar: anak yang berbakti,
rendah hati, dan tekun dalam belajar.
- Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju, dimulai dari aktivitas Bapak Tulus di sekolah hingga keberhasilan Tegar di masa depan. - Latar
- Latar tempat: SMA Negeri 3
Karang Ayem, rumah sederhana di pinggir sawah.
- Latar waktu: pagi hari,
masa sekolah hingga beberapa tahun kemudian.
- Latar suasana: haru,
sederhana, penuh keteladanan.
- Sudut Pandang
Sudut pandang orang ketiga (serba tahu). - Amanat
Kejujuran, kerja keras, dan ketulusan adalah warisan hidup yang paling berharga.
Berikut bukti
dalam paragraf yang memuat unsur-unsur intrinsik cerita mini “Bapak Tulus”
karya Srisa.
1. Tema (Ketulusan dan Kejujuran dalam Menjalani
Kehidupan)
Bukti
paragraf:
“Selama
puluhan tahun, Bapak Tulus setia bekerja di sekolah itu. Tak peduli panas,
hujan, atau gaji yang tak seberapa. Bagi beliau, bekerja adalah bentuk ibadah
dan rasa syukur.”
Paragraf
ini mencerminkan ketulusan dan kejujuran tokoh utama dalam menjalani hidup
melalui kerja yang ikhlas tanpa pamrih.
2. Tokoh dan Penokohan
a. Bapak Tulus (tulus, jujur, pekerja keras,
religius)
Bukti
paragraf:
“Di balik
pohon bintaro yang rindang, tampak seorang lelaki tua sedang menyapu halaman
dengan tenang. Tubuhnya sudah bongkok, rambutnya memutih, tapi sapu lidi di
tangannya bergerak mantap.”
dan
diperkuat dengan:
“Kalau
tangan ini masih kuat, berarti Gusti Allah masih kasih kesempatan buat berbuat
baik.”
Kutipan
tersebut menunjukkan sifat pekerja keras, ikhlas, dan religius yang melekat
pada tokoh Bapak Tulus.
b. Tegar (berbakti, rendah hati, tekun belajar)
Bukti
paragraf:
“Kadang,
sebelum masuk kelas, ia membantu Bapaknya memungut daun-daun kering di halaman
belakang, lalu cuci tangan dan berganti seragam di ruang kecil dekat gudang
alat kebun.”
dan:
“Iya,
Pak. Doain Tegar bisa bikin Bapak bangga.”
Paragraf
ini menunjukkan bahwa Tegar adalah anak yang berbakti, rendah hati, dan
memiliki semangat untuk maju melalui pendidikan.
3. Alur (Alur Maju)
Bukti
paragraf:
“Waktu
terus berjalan. Hari berganti tahun. Bapak Tulus tetap bekerja, meski umurnya
sudah melewati tujuh puluh.”
dilanjutkan
dengan:
“Empat tahun
setengah berlalu. Tegar lulus dengan IPK yang memuaskan, dan tak lama kemudian
mengikuti tes CPNS dan diterima sebagai guru PNS.”
Urutan
peristiwa bergerak maju secara kronologis, dari masa sekolah hingga masa depan
tokoh.
4. Latar
a. Latar Tempat
Bukti paragraf:
“Namanya
Bapak Tulus, tukang kebun di SMA Negeri 3 Karang Ayem.”
dan:
“Mereka
berjalan kaki dari rumah di pinggir sawah.”
b. Latar Waktu
Bukti
paragraf:
“Embun
pagi masih menempel di dedaunan halaman sekolah.”
dan:
“Empat
tahun setengah berlalu.”
c. Latar Suasana (haru, sederhana, penuh
keteladanan)
Bukti
paragraf:
“Tangis
haru pun pecah di beranda rumah kecil mereka.”
dan:
“Air
matanya menetes, jatuh di atas tanah yang dulu sering ia bersihkan bersama sang
ayah.”
5. Sudut Pandang (Orang Ketiga Serba Tahu)
Bukti
paragraf:
“Di sana,
dulu ia dan Bapaknya menyapu bersama setiap pagi.”
Penggunaan
kata ganti “ia” dan “Bapaknya” menunjukkan pencerita berada di
luar cerita dan mengetahui keseluruhan peristiwa.
6. Amanat (Kejujuran, Kerja Keras, dan Ketulusan)
Bukti
paragraf:
“Bapak
nggak minta apa-apa, Nak. Asal kamu jadi orang jujur dan berguna, itu sudah
lebih dari cukup.”
dan
dipertegas oleh penutup cerita:
“Ia tahu,
semua yang dimilikinya hari ini bukan semata hasil kepintaran, tapi berkat ketulusan
seorang Bapak Tulus.”
D. Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Mini Blog “Bapak
Tulus” Karya Srisa
Cerita
ini mengandung berbagai nilai kehidupan, antara lain:
- Nilai moral, berupa kejujuran,
tanggung jawab, dan kerja keras.
- Nilai sosial, berupa kepedulian,
kesederhanaan, dan hubungan harmonis antara ayah dan anak.
- Nilai religius, terlihat
dari anggapan bahwa bekerja adalah bentuk ibadah dan rasa syukur kepada
Tuhan.
- Nilai pendidikan, berupa
motivasi untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.
Bukti
dalam paragraf yang memuat nilai-nilai akan dikupas lebih mendalam dalam
penjelas berikut.
1. Nilai moral (kejujuran, tanggung jawab, dan
kerja keras)
Bukti paragraf:
“Selama puluhan tahun, Bapak
Tulus setia bekerja di sekolah itu. Tak peduli panas, hujan, atau gaji yang tak
seberapa. Bagi beliau, bekerja adalah bentuk ibadah dan rasa syukur.”
Kutipan ini menunjukkan kerja keras
dan tanggung jawab Bapak Tulus yang tetap menjalankan
tugasnya dengan jujur dan konsisten meskipun kondisi tidak selalu menguntungkan.
2. Nilai sosial (kepedulian, kesederhanaan,
dan hubungan harmonis ayah–anak)
Bukti paragraf:
“Setiap pagi, ia datang lebih
awal bersama anak laki-lakinya, Tegar, yang masih duduk di bangku SMA di sekolah
yang sama. Mereka berjalan kaki dari rumah di pinggir sawah, sambil membawa
bekal nasi bungkus dan segelas air putih dalam botol bekas.”
Paragraf ini mencerminkan kesederhanaan hidup, kebersamaan, serta hubungan harmonis
antara ayah dan anak yang saling mendukung.
3. Nilai religius (bekerja sebagai ibadah dan
rasa syukur kepada Tuhan)
Bukti paragraf:
“Kalau tangan ini masih kuat,
berarti Gusti Allah masih beri kesempatan untuk berbuat baik,” ucapnya lirih
setiap kali memeras keringat.
Ungkapan ini menegaskan pandangan
Bapak Tulus bahwa bekerja adalah ibadah dan bentuk syukur kepada Tuhan
atas kesehatan dan kesempatan hidup.
4. Nilai pendidikan (motivasi menuntut ilmu
dengan sungguh-sungguh)
Bukti paragraf:
“Bapak nggak minta apa-apa,
Nak. Asal kamu jadi orang jujur dan berguna, itu sudah lebih dari cukup.”
dan diperkuat dengan:
“Tegar lulus dengan IPK yang
memuaskan, dan tak lama kemudian mengikuti tes CPNS dan diterima sebagai guru
PNS.”
Kutipan tersebut menunjukkan dorongan moral dan motivasi pendidikan dari
orang tua yang akhirnya membuahkan keberhasilan akademik dan profesional.
Nilai-nilai
tersebut menjadikan cerita “Bapak Tulus” relevan sebagai bacaan
pembentuk karakter.
E. Peran Cerita Mini Blog “Bapak Tulus” Karya Srisa dalam Mengembangkan Apresiasi Prosa
Peran cerita mini blog “Bapak Tulus” dalam mengembangkan apresiasi prosa
dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Menumbuhkan
Kepekaan Emosional Pembaca
Cerita mini “Bapak Tulus” menyajikan kisah sederhana namun sarat nilai ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan. Kesederhanaan konflik dan kedalaman perasaan tokoh membuat pembaca mudah tersentuh secara emosional. Hal ini melatih pembaca untuk merasakan, memahami, dan menghargai pengalaman batin tokoh, serta inti dari apresiasi prosa. - Memudahkan
Pemahaman Unsur Intrinsik Prosa
Sebagai cerita mini, “Bapak Tulus” memiliki alur singkat, tokoh yang jelas, latar sederhana, dan tema yang kuat. Kondisi ini membantu pembaca, khususnya siswa, mengenali unsur intrinsik (tema, tokoh, alur, latar, amanat) secara lebih konkret sehingga kemampuan mengapresiasi struktur karya prosa meningkat. - Mengembangkan
Sikap Apresiatif terhadap Nilai Kehidupan
Cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan amanat moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pembaca diajak menilai dan merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Proses refleksi ini merupakan bentuk apresiasi prosa pada tingkat pemaknaan. - Mendorong
Minat Membaca Karya Sastra
Format cerita mini blog yang ringkas, bahasa yang komunikatif, dan alur yang tidak rumit membuat “Bapak Tulus” mudah diakses dan menarik. Hal ini berperan dalam meningkatkan minat baca sastra, terutama bagi pembaca pemula, sehingga apresiasi terhadap prosa dapat tumbuh secara bertahap. - Menjadi
Media Pembelajaran Apresiasi Sastra
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, cerita mini blog “Bapak Tulus” dapat dijadikan bahan ajar untuk kegiatan membaca, menganalisis, dan menanggapi karya sastra. Melalui kegiatan tersebut, siswa dilatih untuk menikmati, memahami, dan menilai karya prosa secara kritis dan estetis.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Apresiasi Prosa Bertema Kehidupan
Melalui
apresiasi prosa bertema kehidupan, pembaca diajak untuk berempati terhadap
tokoh, memahami konflik yang dihadapi, serta mengambil hikmah dari peristiwa
yang disajikan dalam cerita. Cerita mini blog “Bapak Tulus” karya Srisa
merupakan prosa bertema kehidupan yang menggambarkan keteladanan seorang ayah
melalui sikap tulus, jujur, dan penuh pengorbanan. Melalui analisis unsur
intrinsik dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya, cerita ini
mampu mengembangkan apresiasi pembaca terhadap karya sastra prosa.
2. Sinopsis Cerita Mini “Bapak Tulus” Karya
Srisa
Cerita “Bapak Tulus” mengisahkan seorang
tukang kebun tua di SMA Negeri 3 Karang Ayem yang bekerja dengan penuh
keikhlasan meskipun usia dan kondisi fisiknya sudah renta. Ia selalu menanamkan
nilai kejujuran dan kerja keras kepada anaknya, Tegar, yang bersekolah di
tempat yang sama.
Dengan segala keterbatasan, Bapak Tulus mendampingi
Tegar hingga lulus sekolah dan melanjutkan pendidikan tinggi melalui beasiswa.
Setelah Bapak Tulus wafat, Tegar berhasil menjadi guru PNS dan kembali mengajar
di sekolah tempat ayahnya dulu bekerja. Kisah ini ditutup dengan suasana haru
ketika Tegar mengenang ketulusan sang ayah yang telah membentuk karakter dan
masa depannya.
3. Unsur Intrinsik Cerita “Bapak Tulus” Karya
Srisa
1) Tema utama cerita ini adalah
ketulusan dan kejujuran dalam menjalani kehidupan.
2) Tokoh dan Penokohan
o Bapak Tulus: sosok ayah yang
tulus, jujur, pekerja keras, dan religius.
o Tegar: anak yang berbakti, rendah
hati, dan tekun dalam belajar.
3) Alur yang digunakan adalah alur
maju, dimulai dari aktivitas Bapak Tulus di sekolah hingga keberhasilan Tegar
di masa depan.
4) Latar : Latar tempat: SMA Negeri
3 Karang Ayem, rumah sederhana di pinggir sawah; latar waktu: pagi hari, masa
sekolah hingga beberapa tahun kemudian; latar suasana: haru, sederhana, penuh
keteladanan.
5) Sudut pandang orang ketiga (serba
tahu).
6) Amanat : Kejujuran, kerja keras,
dan ketulusan adalah warisan hidup yang paling berharga.
4.Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Mini Blog “Bapak
Tulus” Karya Srisa
Cerita
ini mengandung berbagai nilai kehidupan, antara lain:
1) Nilai moral, berupa kejujuran,
tanggung jawab, dan kerja keras.
2) Nilai sosial, berupa kepedulian,
kesederhanaan, dan hubungan harmonis antara ayah dan anak.
3) Nilai religius, terlihat dari
anggapan bahwa bekerja adalah bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Tuhan.
4) Nilai pendidikan, berupa motivasi
untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.
5.Peran Cerita Mini Blog “Bapak Tulus” dalam Mengembangkan
Apresiasi Prosa Cerita mini blog “Bapak Tulus” berperan penting
dalam mengembangkan apresiasi prosa karena :
1)
mampu menghadirkan pengalaman sastra yang
sederhana, bermakna, dan mudah dipahami,
2)
menumbuhkan kepekaan rasa, pemahaman struktur, dan
sikap menghargai nilai-nilai kemanusiaan dalam karya sastra.
B. Saran
1. Makalah
ini diharapkan dapat menjadi referensi pembelajaran sastra, khususnya dalam
mengapresiasi prosa bertema kehidupan.
2. Para
guru pembina Bahasa dan Sastra Indonesia dapat mencari bahan pembelajaran yang
berperan dalam mengembangkan apresiasi prosa yang tidak hanya meningkatkan
pemahaman sastra, tetapi juga menumbuhkan kepekaan moral dan empati sosial.
2. Pembaca
dan peserta didik disarankan untuk lebih banyak membaca karya sastra sejenis
agar mampu mengambil hikmah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.
2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Srisa.
2025. Bapak Tulus. Cerita Mini Blog. Sampang, 19-10-2025. http://bersahajagalby.blogspot.com/