Pelajaran Pertama
Peringkat Satu atau Dua, Pilih Aku atau Dia!
Tersirat wajah ketakutan, keder, deg-degan! Buk, bagaimana jika Galih tidak juara satu? Anakku selalu bertanya begitu menjelang wisuda SD-nya. Aku berpikir, kasihan anakku. Beban yang begitu berat ada di pundaknya.
Aku memang keras. Akan tetapi, hatiku tidak buta. Aku tahu mana yang baik bagi anakku. Memang, aku paling bangga jika anakku mendapatkan peringkat satu. Lebih bangga lagi kalau semua itu dicapai dengan kerja keras dan penuh kejujuran.
Galih menceritakan bahwa salah satu temannya sangat tertekan. Mamanya akan sangat marah jika dia tidak menduduki ranking satu sehingga dia mencapainya dengan menyontek. Kadang-kadang membuat iri dan takut anakku. Galih kalah, Buk, jika caranya begitu!
Mendinginkan dan meluruskan pikiran anakku tidak mudah pada mulanya. Lama-kelamaan anakku mengetahui bahwa segala sesuatu yang dicapai dengan tidak jujur akan berakhir buruk. Aku selalu memakai kata-kata ayahnya untuk meyakinkan Galih, bahwa semakin pahit yang kau rasa akan semakin manis hasilnya.
Begitulah, dia sangat menerima kekalahan itu, peringkat dua toh bukan hal buruk! Yang penting jujur dan selalu berupaya dengan giat, tidak putus asa. Buktinya, selama di SD, Galih sering mengikuti lomba-lomba di lokal, daerah Sampang. Baik, lomba siswa teladan maupun Olimpiade Sains Nasional di Sampang. Di wilayah gugus, Galih menjadi juara gugus dan mewakili kecamatan. Herannya selalu kalah! Akan tetapi, ketika mengikuti Olimpiade Sains Kuark Level 3 yang diadakan Majalah Sains Kuark dengan peserta empat ribuan, Galih dapat menembus babak penyisihan dengan selamat. Lalu, dia ikuti babak semifinal dengan tertatih-tatih. Saingan berat dari 33 provinsi menjadi santapannya selama dua tahun berturut-turut. Dan, selalu gagal masuk final. Kukatakan padanya ketika dia sedih karena tidak masuk final di Jakarta, hal itu tidak mudah, Lih! Sudahlah, terima saja, mungkin Galih masih kurang belajar sehingga belum masuk final.Lomba ini bukan segalanya, lho!
Pelajaran Kedua
Ibuk Ini, Galih Sudah Besar, Percayalah!
Anak Dibiarkan Mandiri karena Orang Tua itu Sayang!
Kesan orang, anak dibiarkan karena orang tua tidak sayang. Yang dimaksud ialah sayang tetapi membiarkan bergerak dan mengawasinya. Orang tua mengajari mandiri, bukannya ke mana-mana dibiarkan atau tidak diurus. Sebenarnya, harus disadari bahwa mereka nanti akan menjalani hidup tanpa orang tua. Jika terus didorong, anak-anak kita tidak akan mempunyai inisiatif.
Bukankah sayang tidak diukur dari cara kita menggendongnya ke mana-mana, mengantarnya ke mana-mana, (perkecualian di tempat yang membahayakan anak kita).
Ketika mengikuti lomba pun, saya hanya sekali-kali mengantarnya. Bukannya aku tidak sayang pada anakku. Kalau mencapai sesuatu selalu diusahakan orang tua, dia akan menjadi anak yang tidak mandiri. Itu kata Ayahnya. Pertamanya, aku selalu tidak tega. Akan tetapi, lama-lama aku terbiasa. Buktinya memang sudah agak terlihat. Anakku sudah terlihat mandiri daripada anak-anak seusianya. Sejak TK, Galih sudah dapat melakukan apa pun sendiri. Mulai memakai baju sampai menyiapkan makan. Bahkan mulai kelas V SD, dia sudah dapat menyiapkan makan sendiri, mulai membuat mie instan, menggoreng telur ceplok dan dadar, sampai membuat masakan oseng-oseng. Bahkan seringkali berkreasi dengan masakan.
Untuk mendaftar ke SMP nanti, dia tidak mau diantar. Aku pernah berprasangka buruk bahwa dia akan menemui rintangan jika tidak didampingi orang tua. Di luar sana itu kejam. Alhamdulillah, aku percaya pada Galih. Dia mempunyai kelebihan, lalu mengapa aku takutkan.
Sampang, 23 Juni 2014, 19.50 WIB
Ruang kecil untuk berbagi kata dan makna. Sederhana, bersahaja, dan penuh keinginan untuk menebar semangat baik lewat tulisan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARYA ILMIAHKU: MAKALAH "BAPAK TULUS"
MAKALAH BAHASA INDONESIA MENGEMBANGKAN APRESIASI PROSA BERTEMA KEHIDUPAN Disusun oleh: Nama ...
-
Cermatilah paragraf berikut ! 1. Sistem pendidikan nasional perlu mengembangkan kearifan untuk belajar hidup bersama dalam ...
-
Yang Menguatkan, Memberi, dan Menjadikan *Srisa Menyusuri riuhnya ram...
-
1. Cermatilah paragraf berikut! Hampir setiap orang di Belanda mempunyai sepeda. Bayangkan, jumlah sepeda di Belanda ada 1...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar