Rabu, 18 Maret 2015

CERMIN : Cahaya Bintang Sejenak Menghilang



                                Cahaya Bintang Sejenak Menghilang
Oleh Srisa
Suatu waktu masa itu akan hadir kembali dalam bentuk yang berbeda. Seperti pada hari ini, Yo seakan lahir kembali. Bunga-bunga bermekaran ingin menjumpainya dengan membawa janji-janji manis. Yo, begitulah gadis cantik dan berpembawaan sederhana itu biasa disapa. Gadis yang tidak banyak bicara, tetapi mempunyai banyak teman. Yo adalah gadis yang murah senyum dan selalu menyapa siapa pun yang dijumpainya. Entah itu, teman sekelas ataupun Pak Bon penjaga sekolah. Dari penjual di kantin sekolah sampai penjual gorengan di gang depan rumahnya.
Dengan tergesa-gesa, kakinya melangkah menuju pintu gerbang sekolah. Matanya terasa segar melihat bunga-bunga yang berwarna-warni. Apakah ini pertanda baik bagi Yo?
Tibalah dia di kelas yang bersih, hati ini pun merasa adem nyes! Yo menatap seseorang yang baru saja ditemui di kelas. Dia jadi mikir siapa itu? Padahal selama ini dia selalu berupaya cuek pada makhluk seperti itu.  Yahhh, masa itu hadir kembali di saat dia belum ingin menjumpai masa itu.
Bu Rully membuatnya terkesiap ketika suaranya yang lantang mengucapkan salam.
 “Assalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh, selamat pagi, Anak-anak!”
“Waalaikum salam warohmatullahi wa barokatuh”, Jawab semua siswa serentak.
“Hari ini indah, ya? Siapa yang tidak masuk? Sayang sekali kalau tidak masuk, ya?”, pertanyaan Bu Rully sungguh melengkapi perasaanku pada hari ini.
“Rabu kemarin, kita sudah mempelajari Kalimat Inti -kan? Hari ini kita teruskan dengan latihan 5”, kata ibu guru yang cantik dan baik itu membuat siswanya bersemangat.
“Langsung saja, ya? Kalau berlama-lama berteori akan membuat ngantuk!”, perintah Bu Rully.
“Oh, ya, Mas yang duduk di bangku deretan kedua itu baru, ya?” tanya Bu Rully kepada cowok itu.
“Ya, bu”, Jawab cowok itu.
“Siapa nama dan dari mana asal sekolahmu?”, Tanya Bu Rully lagi.
“Nama saya Bagus Galih Setya, pindahan dari SMA Negeri 1 Sejahtera”, jawabnya dengan tegas dan entah mengapa dia sedikit menoleh ke arah Yo.
“Apa aku ge-er”, pikir Yo.
Untuk memastikan hal tersebut, Yo menoleh ke arah kanan-kiri dan dia tertunduk. Katanya dalam hati kelihatan sekali bahwa cowok itu sangat tegas dan berwibawa.
“Sudahlah, aku harus fokus, tetap di tempat, tidak boleh bergerak!” ucapnya pada diri sendiri.
Jam pelajaran Bahasa Indonesia dilalui Yo dengan sedikit tersendat. Bahkan Bu Rully sering mengingatkannya untuk fokus.
Teng, teng, teng, teng, bel istirahat telah dipukul oleh Pak Madi. Aku segera merapikan buku dan mengeluarkan kotak bekalku. Kilil dan teman-teman yang lain sudah banyak yang keluar kelas untuk melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing, he...he. Ada yang akan ke kantin, ada yang ingin pipis, ada yang ingin menemui kekasih, dan sebangsanya. Begitu pun Yo, yang ingin melaksanakan kewajiban menghabiskan makanan dari ibu tercinta. Perut rasanya sudah keroncongan minta diisi. Wooowww.
“Bismillahirohmanirrohim, semoga makanan ini berkah. Terima kasih, Buk” ucap Yo lirih.
Saat itu Yo tidak pernah memperhatikan keadaan sekitarnya. Ternyata, di bangku deretan kedua, ada seorang cowok yang memperhatikan gerak-geriknya. Dia terus makan dengan lahapnya. Akan tetapi, seakan ada yang menyuruhnya menoleh ke bangku tersebut, dan hahhh! Karena malu, dia mengangkat kotak bekal dan memperlihatkan pada cowok itu untuk menawarinya.
“Makan...” tawar Yo dengan datar setengah malu.
“Ooo ya, terima kasih. Maaf ganggu, apa boleh tanya?” Jawab dan tanya Bagus.
“Ya, silakan, ada apa?”, jawab Yo agak lebih mendingan, tidak malu lagi.
“Kantin letaknya di mana, ya?”, tanyanya.
“Di sebelah UKS. Eh, apa kamu tahu UKS?”, Yo balik bertanya.
“Sebelah mana, ya? Kan, saya baru sekolah di sini! Oh, ya, nama panggilan saya, Bagus, dan siapa nama mu, tadi kalau tidak salah Yoshinta, ya?”, kata Bagus.
“Nama panggilanku, Yo.  Mari, saya antarkan sebentar kebetulan saya sudah selesai makan”, jawabku.
“Terima kasih, kalau begitu!”, jawabnya sambil tersenyum. So sweet.
                Yo merapikan kotak bekalnya dan segera mengantar Bagus ke kantin. Di tengah perjalanan, dia banyak bertanya dan bercerita. Eee, saya kira dia seorang cowok yang pendiam ternyata bisa ngomong juga, ya? Dan, waduh, semua mata melihat mereka berdua. Yo sesekali menunduk karena malu tetapi untungnya kantin sudah ada di depan mata.
“Nah, itu kantinnya. Berani sendiri, kan?”, kata Yo pada Bagus.
“Ya, terima kasih tetapi aku mohon kamu nunggu di sini. Aku hanya sebentar, kok”,  pintanya. Yo pikir, kasihan juga. Dia baru saja menapak di sekolah ini.  
                Yo mengendarai scoopy-nya dengan santai karena hari masih pagi, udara masih segar, dan paling penting tidak macet, pikirnya. Yo nikmati hari ini dengan senyum yang mengembang. Hati kecilnya berdoa semoga halangan rintangan hari ini dapat dilaluinya dengan hati sabar. Tuhan Maha Besar!
                Sesampainya di sekolah, Yo melihat sekelebat sorot mata bijaksana itu.  Niat suci hari ini tercoret oleh sebuah rasa yang aneh di dalam hatinya. Dan, Bagus menyapanya dengan suara yang membuat gemetar hati gadis cantik yang sederhana itu.
“Assalamualaikum, Yo”, sapanya.
“Waalaikum salam”, jawabnya dengan senyum.
Tak lama kemudian bel berbunyi. Dan, ahhh ada apa dengan dia.
“Yo, ada apa? Kok nglamun? Ayo cepat buka buku tugas, lalu maju kerjakan di papan tulis!”, perintah Pak Misbahul, guru Sosiologi, membuatnya terhenyak.
“Ya, Pak”, jawabnya malu.
Wajahnya memerah. Seumur-umur dia tidak pernah ditegur oleh guru. Apalagi oleh guru pengajar yang ‘super sabar’, seperti Pak Misbahul.
Untung dia sudah mengerjakan tugas itu sepulang sekolah kemarin. Jadi, dia tidak malu.
Wooowww hari ini ada sedikit kendala. Dia tetap semangat menuju tempat parkir dan renggggggg, scoopynya digas. Dan!
“Tunggu!”, ada suara yang memanggilnya dari belakang.
Dia hentikan sepeda motor dan menoleh, ternyata, Bagus.
“Ada apa?”, tanya Yo.
“Hanya ingin memanggilmu saja”, kata Bagus seperti tanpa dosa.
“Aduh, Bagus, saya kira ada apa”, kata Yo agak kesal. Bagaimana pun, perut ini sudah minta diisi.
“Ya, sudah, teruskan. Terima kasih, ya?”, kata Bagus sambil tersenyum.
“Rupanya kamu punya selera humor juga?”,  kata Yo dengan cuek dan berpamitan, “Ayo, duluan!”.
                Riuh rendah di kelas I-2 membuat penasaran. Sepintas lalu terdengar nama Bagus disebut-sebut oleh teman-teman.
“Ada apa, Lil?”, tanya Yo pada Kilil sabahatnya.
“Entah gosip apa bukan, katanya Bagus baru ditangkap tadi malam di rumahnya”, kata Kilil.
What, memangnya dia salah apa?” tanya Yo tidak percaya.
“Dia pengedar narkoba!” kata Kilil.
Ya, Allah, hal itu bagai petir menggelegar di siang bolong. Rasanya bintang-bintang itu ada di atas kepala dan pyar...pyar.
                Yo malu dengan perasaannya sendiri. Dia hampir terlena oleh matanya, yang sering melihat keindahan tanpa menyaring terlebih dulu.
Beberapa hari setelah kejadian itu.
“Mbak, ada tamu cari, Mbak Yo!”, kata Mbak Marti, asisten rumah tangga Ibunya.
“Oh, ya, Mbak. Siapa ya?”, tanya Yo ambil memperbaiki baju yang dipakainya.
“Katanya, adiknya teman Mbak Yo”, jawab Mbak Marti.
Siapa ya? Penasaran Yo semakin membuncah. Dan,
“Assalamualaikum” salam Yo pada anak itu.
“Waalaikum salam” jawabnya sopan.
“Mbak Yo, ya? Saya, adik Mas Bagus. Nama saya Ganteng”, jelasnya.
“Ooo, ada apa, ya, Dik?”, Yo semakin penasaran.
“Saya disuruh Mas Bagus untuk menyampaikan ini”, katanya sambil menyodorkan sepucuk surat.
“Silakan diminum dulu!” kata Yo menghaturkan.
                Ternyata, Bagus mau menjadi seperti itu karena tuntutan ekonomi. Ayahnya mempunyai hutang kepada seorang lintah darat sampai akhirnya meninggal. Sebagai anak yang bertanggung jawab, Bagus harus mengembalikan uang itu dua kali lipat. Apa daya dia hanya sebagai seorang pelajar. Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Maka, jadilah dia sebagai seorang pengedar narkoba.
Air mata Yo menetes, betapa berat beban Bagus. Dan, yang membuatnya kaget, dia menyatakan “Aku sebenarnya sangat menyukaimu tetapi akankah tangan ini mampu menggapai?”.
Cahaya bintang benar-benar menghilang. Setitik cahaya bintang harus menyemburat  hilang.

18-19 Maret 2015
X1-X2  SMADAR
  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARYA ILMIAHKU: MAKALAH "BAPAK TULUS"

  MAKALAH BAHASA INDONESIA MENGEMBANGKAN APRESIASI PROSA BERTEMA KEHIDUPAN     Disusun oleh: Nama                               ...