Rabu, 25 Juni 2014

CERMIN : Flash Back Kata Waktu : Langit Masih Cerah!


                                       Kata Waktu : Langit Masih Cerah!

                        Karya: Srisa

Pagi itu setelah salat subuh ku buka tirai kamar, melihat suasana yang masih agak gelap. Ku bereskan kamar sebentar. Kemudian bergegas menuju dapur dan seperti biasa ku bantu ibu menyiapkan makan pagi. Sebentar kulihat ibu yang sibuk mengaduk masakan.  
“Ada apa, Sa?” Tanya ibu.
“Eee, tidak apa-apa, Bu!” jawabku tergagap.
Ibuku begitu sempurna, semua dilakukan, dan terlihat begitu menikmati hidup walaupun bebannya begitu berat. Setelah ditinggal ayah tiga tahun lalu, beliaulah yang menjadi tulang punggung keluarga. Walaupun uang pensiun ayah tetap menyangga kehidupan keluarga kami, ibu tetap mencari tambahan penghasilan. Jadi, aku sebagai anak laki-laki sulung di keluarga ini harus dapat membantu ibu ala kadarnya. Jangan heran kalau aku bisa memasak masakan sederhana.  Seperti halnya ayah dulu, yang tidak pernah sungkan membantu ibu di dapur. Ayah sangat menghormati dan menyayangi ibuku, cie cie!
Setelah selesai membantu ibu, ku siapkan peralatan sekolah dan mandi.  Setelah mandi ku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.00 wib. Alhamdulillah, setelah ini berangkat sekolah dengan sepeda motor kesayanganku.  Dengan langkah ceria ku menyusuri halaman sekolahku dengan menuntun sepeda motorku. Tahu tidak? Di sekolah ini, siapa pun orangnya harus menuntun sepeda motor atau sepeda anginnya sampai menuju tempat parkir. Kecuali mobil, sih. Ketika berjalan menuju kelas, tanpa ku duga mata ini melihat makhluk Tuhan yang begitu indah. Ya, dia adik kelas dua tahun di bawahku.  Gadis itu tampak cuek. Ya, aku harus tahu diri dan pasrah. Jika sudah waktunya, Tuhan akan menjadikan hidup ini indah, kata Ibu.
Bel istirahat berdentang, aku menuju perpustakaan. Dan, kulihat gadis itu lagi. Kali ini dia melihatku. Lalu, dia asik membaca bukunya lagi. Ah, sudahlah, mengapa aku seperti ini?
Ketika pulang sekolah, di tempat parkir tanpa sengaja ku menyenggol seseorang. Hahhh, ternyata gadis itu lagi.
“Maaf, maaf, tidak sengaja!” pinta maafku padanya.
Dia tidak menjawab sama sekali. Aneh, dan aku menjadi salah tingkah.
Entah mengapa, malam itu aku selalu teringat gadis itu. Sampai-sampai aku tidak konsentrasi belajar fisika. Untung saja, besok tidak ada ulangan. Tidak terasa malam semakin larut. Ibu menyapa di balik pintu, mungkin dilihatnya lampu kamar masih menyala.
“Sa, belum tidur,ya?” tanya ibu.
“Belum, bu. Tidak bisa tidur!” jawabku terus terang.
Memang, aku tidak bisa bohong pada ibuku. Rahasia apapun, tidak pernah ku simpan sendiri. Semua boleh menyangka bahwa aku anak mama, tetapi aku tidak pernah bermanja-manja. Aku dapat mandiri kok!
Pagi ini, mataku begitu sulit dibuka.
“Sa, bangun. Salat, Nak!” Ibuku membangunkanku.
Mau tidak mau harus bangun.
“Maaf, bu. Usa tidak membantu ibu” aku meminta maaf pada ibuku. Ibuku hanya senyum.
“Kamu lagi jatuh cinta ya, Sa?” selidik ibu.
“Ah, ibu kok tanya begitu?”jawabku.
“Wajarlah, kamu sudah besar tetapi jangan sampai mengganggu sekolah, ya? Ingat pesan
 ayah! Semua indah pada waktunya” Kata Ibu mengingatkanku.
Akhirnya, hari berganti hari, tahun berganti tahun. Kutinggalkan Ibu dan tiga adikku untuk menuntut ilmu di kota Intan. Selama empat tahun ini aku kerjakan tugas-tugasku dengan suka cita. Wajah Ayah, Ibu, dan adik-adikku mengikuti setiap waktu. Atas izin Tuhan, kuselesaikan semuanya dengan tertatih-tatih. Berbekal beasiswa TID ku melangkah dengan percaya diri. Walaupun untuk memperolehnya, aku harus berjungkir balik, mempertahankan nilai bagus, mengerjakan tugas-tugas, dan terengah-engah mencari uang untuk makanku sehari-hari di kampus biru. Untuk ini, aku memang menyembunyikannya dari Ibu agar beliau tidak bersedih memikirkan kesusahanku.
Tidak tahu mengapa, tiba-tiba berkelebat wajah Gadis SMA-ku. Padahal tidak pernah membayangkan gadis itu sedikitpun. Aku fokus ke studi hingga skripsi selesai. Tinggal menunggu wisuda dan mengurus SK TID dari beasiswa yang ku peroleh selama dua tahun berkuliah sehingga selepas lulus berkuliah, langsung dapat kunikmati dunia kerja. Sampai akhirnya berjumpa lagi dengannya di kampus ini. Kok, dia di sini? Kali ini kuberanikan diri menyapanya?
“Assalamualaikum, Kamu adik kelasku di SMA Negeri 1 Damai, kan?” sapaku.
“Waalaikum salam. Oooh, ya! Ya, sepertinya ya, sih” katanya cuek. Waduh, masih tetap sama, cuek! Ya, Tuhan, kok begini, ya?
“Ya, sudah Dik, saya duluan.” Kataku pamit.
“Tunggu, Kak! Maaf, ya? Saya pindah ke kampus ini tahun kedua kuliah” Jawabnya masih cuek, tetapi sudah agak ramah. Walaupun senyumnya begitu mahal.
“Adik kos di mana?” tanyaku.
“Di Perumahan Setia II/ 13, silakan kakak main-main ke sana” jawabnya lagi.
Wow, ada seberkas harapan untukku.
“Ya, sudah, Dik. Maaf kalau saya sudah mengganggu” kataku minta maaf. Kali ini, dia senyum. Indah sekali.  Perasaan klasik menimpa terbelalaknya hati.
Deg, degan rasanya menunggu saat wisuda dan setelah itu SK-ku turun. Aku menunggu untuk mengatakan sesuatu pada Gadis itu. Pasti ibuku menyukainya. Gadis itu bukan seperti gadis kebanyakan. Cuek sekali dengan cowok. Sepertinya, dia memang untukku.  Ah, aku sudah berandai-andai. Ah!
“Bu, insyaallah tiga minggu lagi Usa wisuda dan dua bulan lagi SK-Ikatan Dinas turun. Aku
 ingin memperkenalkan seorang gadis pada Ibu” kataku pada Ibu di hape.
“Aduh, aduh, pacarmu, ya, Sa?” tanya Ibu.
“Belum, bu! Usa belum menyatakan pada gadis itu” jawabku mementahkan.
“Lo, terus bagaimana?” Ibu bertanya tidak mengerti.
Lalu, kujelaskan semuanya. Dan, Ibu mendoakan agar semua lancar.
Tak kuduga, keberanianku muncul dengan tiba-tiba. Kakiku melangkah mantap ke kos-kosan gadis itu. Ku ketuk pintu berukiran jepara itu. Pintu itu dibuka oleh seorang perempuan setengah baya yang sangat ramah dan masih tampak gurat-gurat kecantikannya.
“Maaf, Bu. Apa benar Adik siapa ya namanya?” tanyaku kebingungan.
Betapa bodohnya aku, ya? Aduhhh!
“Mencari siapa, ya, Dik?” Kata perempuan itu.
Agak lama aku berpikir. Lalu, beliau menimpali lagi, mungkin kebingungan melihat tingkahku.
“Di rumah ini hanya ada seorang gadis yang bernama Srisa, keponakan saya” Jawab ibu pemilik rumah.
“Ooo, ya, Bu. Dik Srisa” Jawabku tergagap-gagap.
Gadis itu Srisa. Jadi, dia tinggal dengan tantenya.
Tak lama kemudian datanglah gadis itu. Sekali lagi, betapa bodohnya aku, yang tidak tahu namanya. Asli bodoh, nih.
“Kak, kak, kak? Melamun, ya?” tanyanya sambil mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahku.
“Ooo, ya eee tidak, tidak!” Jawabku menampik tuduhannya.
“Adik, nama Adik Srisa, ya?” tanyaku mengalihkan gurauan gila ini.  
“Ya, kak. Nama kakak siapa?” tanyanya lagi.
Eee, ternyata dia pun tidak tahu namaku. Walah, walah! Podho ae!
“Nama saya Usa!” jawabnya.
Waktu berlalu dengan cepatnya sudah menunjukkan pukul 20.45 WIB. Aku harus mengakhiri saat yang menyenangkan ini. Sayang sekali. Tetapi, aku harus selalu mengingat pesan Ibu, berkunjung  ke rumah cewek itu ada batasannya, pukul 21.00 WIB.
Ketika tiba saat mengungkapkan, perasaan berkecamuk menyelimuti seluruh ruang jantungku. Bintang tidak berkedip sedikit pun. Hingga dag dig dug! Dan,
“Dik, sebenarnya saya suka, sayang pada Adik! Kalau Adik belum bisa menjawab sekarang, tidak masalah. Saya akan menunggu.” Kata ku dengan serba ada.
Serba berkecamuk. Serba salah. Serba betul. Ah, tidak tahulah. Pasrah saja!
Dua bulan berlalu. Dari sikapnya ku merasa, dia telah menjatuhkan bintangnya pada ku. Semoga tidak bertepuk sebelah tangan itu pintaku.
17 Oktober 2014, Rasa gundah terjawab. Bagai kejatuhan bulan kata pujangga. Rasanya ingin cepat-cepat menemui Ibu dan memintanya untuk melamar Gadis itu.
“Bu, semua indah pada waktunya, kan?” tanyaku pada Ibu.
“Ya, Sa. Jangan ragu dengan dirimu!” jawab Ibu.
“Insyaallah, Bu!” yakinku.  
Ku persembahkan studi ini untuk Ibu, adik-adik,  dan untuk masa depanku. Masa depanku, Srisa.
Sampai akhirnya langit kian cerah, secerah cerita indah hari ini dan hari-hariku selanjutnya. Yang penting, percaya pada-Nya, berupaya yang terbaik, pasti Tuhan mengabulkan prasangka baik. Begitulah, bintang meyakinkan.
“Ya, kak. Ku terima!” jawabnya.   Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah seru sekalian alam.

Rabu, 25 Juni 2014, 13.28

Senin, 23 Juni 2014

CATATAN : Renungan Hidup



 Renungan Hidup untuk Siswa-Siswaku yang Mulai Jenuh

Setiap hari menjelang tidur, selalu kurenungkan “untuk apa aku hidup?”. Apa untuk makan? Apa untuk tidur?Apa untuk berlari dari tanggung jawabku sebagai seorang anak? Apa untuk sekedar melepas rasa kantuk?
Rambutku indah, tetapi sekarang digundul. Ketika ku langgar aturan. Apakah melanggar aturan itu keinginanku. Untuk itukah aku hidup? Segala pertanyaan menyembul di otakku yang kosong, tanpa minat, tanpa gairah. Itukah aku?
Bukankah hidup untuk cinta. Cintaku pada Allah, cintaku pada orang tuaku, terutama ibu, ibu, ibu.  Maka, seharusnya aku banggakan hati mereka. Dengan apa? Dengan seutas cita-cita. Cita-cita dengan jembatan kecil, yaitu pesantren dan sekolah....

 Kucontohkan dalam pembelajaran Esai Kelas XII, semester 2
 25 Maret 2014

CATATAN KECIL : Pelajaran dari Anakku

Pelajaran Pertama

Peringkat Satu atau Dua, Pilih Aku atau Dia!

Tersirat wajah ketakutan, keder, deg-degan! Buk, bagaimana jika Galih tidak juara satu? Anakku selalu bertanya begitu menjelang wisuda SD-nya. Aku berpikir, kasihan anakku. Beban yang begitu berat ada di pundaknya.

Aku memang keras. Akan tetapi, hatiku tidak buta. Aku tahu mana yang baik bagi anakku. Memang, aku paling bangga jika anakku mendapatkan peringkat satu. Lebih bangga lagi kalau semua itu dicapai dengan kerja keras dan penuh kejujuran.

Galih menceritakan bahwa salah satu temannya sangat tertekan. Mamanya akan sangat marah jika dia tidak menduduki ranking satu sehingga dia mencapainya dengan menyontek. Kadang-kadang membuat iri dan takut anakku. Galih kalah, Buk,  jika caranya begitu!

Mendinginkan dan meluruskan pikiran anakku tidak mudah pada mulanya. Lama-kelamaan anakku mengetahui bahwa segala sesuatu yang dicapai dengan tidak jujur akan berakhir buruk. Aku selalu memakai kata-kata ayahnya untuk meyakinkan Galih, bahwa  semakin pahit yang kau rasa akan semakin manis hasilnya.

Begitulah, dia sangat menerima kekalahan itu, peringkat dua toh bukan hal buruk! Yang penting jujur dan selalu berupaya dengan giat, tidak putus asa. Buktinya, selama di SD, Galih sering mengikuti lomba-lomba di lokal, daerah Sampang. Baik, lomba siswa teladan maupun Olimpiade Sains Nasional di Sampang. Di wilayah gugus, Galih menjadi juara gugus dan mewakili kecamatan. Herannya selalu kalah! Akan tetapi, ketika mengikuti Olimpiade Sains Kuark Level 3 yang diadakan Majalah Sains Kuark dengan peserta empat ribuan, Galih dapat menembus babak penyisihan dengan selamat. Lalu, dia ikuti babak semifinal dengan tertatih-tatih. Saingan berat dari 33 provinsi menjadi santapannya selama dua tahun berturut-turut. Dan, selalu gagal masuk final. Kukatakan padanya ketika dia sedih karena tidak masuk final di Jakarta, hal itu tidak mudah, Lih! Sudahlah, terima saja, mungkin Galih masih kurang belajar sehingga belum masuk final.Lomba ini bukan segalanya, lho!

Pelajaran Kedua
Ibuk Ini, Galih Sudah Besar, Percayalah!

Anak Dibiarkan Mandiri karena Orang Tua itu Sayang!

Kesan orang, anak dibiarkan karena orang tua tidak sayang. Yang dimaksud ialah sayang tetapi membiarkan bergerak dan mengawasinya. Orang tua mengajari mandiri, bukannya ke mana-mana dibiarkan atau tidak diurus. Sebenarnya, harus disadari bahwa mereka nanti akan menjalani hidup tanpa orang tua.  Jika terus didorong, anak-anak kita tidak akan mempunyai inisiatif.

Bukankah sayang tidak diukur dari cara kita menggendongnya ke mana-mana, mengantarnya ke mana-mana, (perkecualian di tempat yang membahayakan anak kita).

Ketika mengikuti lomba pun, saya hanya sekali-kali mengantarnya. Bukannya aku tidak sayang pada anakku. Kalau mencapai sesuatu selalu diusahakan orang tua, dia akan menjadi anak yang tidak mandiri. Itu kata Ayahnya.  Pertamanya, aku selalu tidak tega. Akan tetapi, lama-lama aku terbiasa. Buktinya memang sudah agak terlihat. Anakku sudah terlihat mandiri daripada anak-anak seusianya. Sejak TK, Galih sudah dapat melakukan apa pun sendiri. Mulai memakai baju sampai menyiapkan makan. Bahkan mulai kelas V SD, dia sudah dapat menyiapkan makan sendiri, mulai membuat mie instan, menggoreng telur ceplok dan dadar, sampai membuat masakan oseng-oseng. Bahkan seringkali berkreasi dengan masakan. 

Untuk mendaftar ke SMP nanti, dia tidak mau diantar. Aku pernah berprasangka buruk bahwa dia akan menemui rintangan jika tidak didampingi orang tua. Di luar sana itu kejam. Alhamdulillah, aku percaya pada Galih. Dia mempunyai kelebihan, lalu mengapa aku takutkan.

Sampang, 23 Juni 2014, 19.50 WIB

CATATAN : Pelatihan Kurikulum 2013, 16-20 Juni 2013

Nurani guru, Pelatihan Kurikulum 2013 P4TK BOE Malang (Mapel Bahasa Indonesia), dan Belajar Menjadi Guru Teladan

1. Pelatihan K13 yang berlangsung tanggal 16 s.d. 20 Juni 2013 di SMA Negeri 1 Sampang sangat berkesan. Penulis semakin dan semakin mengerti.

2. Pelatihan demi pelatihan yang pernah diikuti penulis selama ini mempunyai kenangan masing-masing. Akan tetapi, pelatihan K13 kali ini tidak seperti yang diikuti  di daerah/lokal Sampang. Mulai dari keketatan absensi selama pelatihan karena semua bersistem on line sampai dengan tugas-tugas yang dikumpulkan. Pemberian materi lebih mendetail. Hal membuat penulis khususnya semakin termotivasi untuk melaksanakan K13 di sekolah.
3. Sayangnya, ada oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab. Mereka hanya datang di awal (hari pertama, red) dan datang kembali ketika post test. Jangan salahkan siswa-siswanya kelak bila memiliki tabiat seperti gurunya, naudzubillah...Selain itu, ada oknum-oknum guru yang tidak berdisiplin, datangnya terlambat, mungkin sekitarsatu atau dua jam.Guru...guru... Daerah pedalaman tempat kau mengajar membutuhkan guru yang dapat digugu dan ditiru. Jika gurunya seperti itu, bagaimana para siswanya?
Tidak dipungkiri, penulis juga pernah terlambat dua kali, dua hari, tetapi penulis telah izin kepada instruktur. Itu pun karena masih membimbing siswa yang mengikuti lomba KTI tingkat propinsi di UB Malang, yang harus segera mengirimkan KTI-nya tanggal 21 Juni 2014.
4. Hal di ataslah yang membuat iri pegawai non-guru atau orang awam menganggap guru itu begitulah tabiatnya. Di gaji besar, mendapatkan sertifikasi tetapi begitulah...Mereka itu hanya sebagian besar. Sebagian besar yang lain, insyaalloh bukan begitu. Betapa berat memegang amanah sebagai guru profesional. Tagihannya nanti ketika di akhirat. Takutttttt dan sungguh ironis!
5. Penulis kadang-kadang bertanya? Pegawai non-guru dan awam selalu mengatakan nyaman daddi guru gajinya besar, bla bla bla bla. Mereka tidak melihat, di balik itu ada tugas berat untuk memandaikan anak bangsa. Penulis sebagai guru, sering sakit hati dikatakan begitu. Padahal, penulis sendiri,seringkali pulang sore, atau di hari libur tidak libur karena harus membimbing siswa dalam ekstrakurikuler maupun lomba-lomba KTI.  Penulis harus bolak-balik pulang pukul 14.00 dan kembali 15.30 untuk bergabung bersama siswa untuk berkegiatan. Kalau pun mereka menganggap guru itu nyaman, bukankah itu generalisasi yang salah? Apalagi kalau hanya dianggap riya. Bagi penulis, buat apa riya, kok mencari sarah. Mon tero riya tak usah sarah alakoh! Di depan orang, kita dapat memperlihatkan kalau kita kerja. Itu kan riya itu?

6. Kembali  ke niat semula! Pelatihan K13 kali ini, mungkin dianggap tidak adil bagi guru yang rajin, selalu mengarjakan tugas-tugas pelatihan, presensinya bagus pula eee kok hanya cukup. Ternyata nilai post test jeblok. Yang jelas kesalahan itu pada sistem komputer yang memasang rumus, post test paling besar pengaruhnya atau orang yang membuat rumus. Tetapi yang jelas,guru yang datang terlambat, hanya hadir di awal dan akhir, dan tidak mengerjakan tugas-tugas, ternyata yang paling salah. Hebatnya walaupun salah, mereka untuk sementara beruntung.

Senin, 23 Juni 2014 pkl. 19.05 WIB

Selasa, 22 April 2014

CATATAN MINI: Hidup Tak Hendak, Mati Tak Mau

Kelasku Hidup Tak Hendak Mati Tak Mau

          Sebagai seorang guru, mimpi memiliki siswa-siswa yang luar biasa adalah sah-sah saja. Akan tetapi, mimpi yang terlalu tinggi akan membuat jatuh.
          Hal ini terjadi pada siswa-siswa di kelas ini. Saat ini saya berada di kelas yang bagaimana ya? Saya sendiri bingung mencari solusi. Jumlahnya hanya sedikit, semangatnya sangat kurang. Berbagai strategi saya gunakan, mulai dengan 'membedakan' cara mengajar dengan kelas lain, mengajak siswa keluar kelas menuju ke monumen depan sekolah, pembelajaran di perpustakaan baru, walaupun kadang-kadang sering saya pakai model/strategi, teknik yang tidak cocok dengan materi. Hal ini saya lakukan untuk 'try and error' agar saya ketahui mungkin saja cocok dan siswa-siswaku merasa 'enjoy' dan dapat menerima pelajaran.
          Yang terjadi, mereka justru menyalahgunakan itu untuk bersenang-senang. Contoh nih, ketika pembelajaran menulis resensi buku. Mereka saya ajak melihat contoh  dengan berselancar ke dunia maya.
Eeee dengan asiknya mereka membuka-buka facebook ! Mungkin, mereka kehausan dan ingin bersenang-senang. Akan tetapi, yang disesalkan justru mereka tidak dapat menempatkan diri. Mereka belum bisa diberi kepercayaan.
          Di setiap kurikulum, baik kurikulum KBK, KTSP 2006, maupun KTSP 2013, telah tertera dengan jelas, bagaimana mengantarkan pembelajaran kepada siswa dengan PAIKEM. Hal tersebut  mungkin dapat diaplikasikan di sekolah lain, tetapi bukan di sini! Begitulah, rasa pesimis beraksi.
          No, no, no, saya tidak boleh menyerah begitu saja!

         

KTI SISWA alumnus




KEIDENTIKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KORUPSI

Diajukan sebagai tugas akhir semester mata pelajatan Bahasa Indonesia, yang dibimbing oleh Ibu Sri Setiyo Astuti S,Pd.




Disusun oleh:
Hudaifi










SMA DARUSSYAHID SAMPANG
Jalan Merapi 8 Sampang

KATA PENGANTAR
Yang pertama marilah kita panjatkan puja-puji kita kehadirat Allah SWT, karna dengan harmat-Nya kita bisa merasakan hikmatnya hidup dan arti kehidupan, dan nikmat yang paling khusus yakni nikmat islam wal iman.
Kedua kalinya shalawat dan salam marilah kita panjatkan kepada sang repormes dunia, pengikis pintu kebodohan, pendobrak pintu kebatilan yakni nabi kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benerang yakni adzhinul islam wal iman  
Dan ketiga kalinya rasa syukur kami, atas selesainya makalah yang kami buat ini
Walau kami yakin bahwa makalah ini sangat jauh di atas kesempurnaan















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………................. ………………………………….
Pendahuluan                                                                                                     
BAB I...........................................................................................................................
Pembahasan                                                                                                      
BAB II.......................................................................................................................
Penutup……………………………………………………………………...
BAB III……………………………………………………………………………
Kesimpulan …………………………………………………………………
Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………












BAB I
A.    Latar Belakang
Korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan masyarakat maupun Negara, meskipun tidak secara langsung dampaknya, akan tetapi disaat many korupsi itu muncul, maka kerugian Negara maupun uang kita sebagai masyarakat yang menempati heararki lapisan bagian bawah akan terbaca berapa besar berapa besar yang telah meraka grogoti tanpa sepengetahuan yang jelas, bahkan nama yang pantas untuk para koruptor bias kita katakana sebagai pencuri, penjahat sekalipun sebagai orang bejat yang tak mempunyai pemikiran luas tantang nasib masyarakat maupun Negara secara spesifik, dari itu setidaknya bisa mengetahui apa itu korupsi! Dengan kita mengetahui korupsi, maka kita bias membaca, apakan Negara kita sedang terlanda korupsi?
Hal itulah yang latar belakangi kami untuk membuat maupun menyelesaikan makalah ini selain itu, makalah ini dibuat sebagai tugas akhir semester.
B.     Rumusan Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak menyimpang, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah definisi korupsi?
2.      Apakah keidentikan Indonesia sebagai negara korupsi?
3.      Apakah upaya untuk meminimalisasi korupsi?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa definisi korupsi!
2.      Untuk mengetahui keidentikan Indonesia sebagai Negara korupsi!
3.      Untuk mengetahui solusi untuk menimalisir perbuatan koruosi







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian korupsi
Menurut pendapat dalam sebuah buku Pkn yang telah kami jadikan referensi bahwa korupsi adalah sebuah tindakan yang mengambil ke untungan melalui jabatannya demi mendapatkan fasilitas atau materi yang bukan haknya. Menurut MTI (Masyarakat Transparansi Indonesi) korupsi merupakan perilaku-perilaku pejabat, baik politisi maupun pegawai negri yang secara tidak konvensional  dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalah gunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepadanya.
Disaat kita mengulas kembali kata “KORUPSI” tentunya disana ada actor sebagai koruptor, karna kata korupsi hanyalah kata yang di sandarkan kepada para koruptor yang melakukan sebuah tindakan yang merugikan, jadi menurut kami tentang definisi korupsi adalah sebuah tindakan individu maupun faksi-faksi yang membuat kebijakan yang Ujung-Ujungnya Duit(UUD) itulah modus yang digunakan untuk menggerogoti, mengeksploitasi maupun mengikis uang rakyat.
Disamping modus tersebut banyak modus yang dilakukan untuk menghisap uang rakyat maupun Negara seperti gratifikasi atau modus dengan dalih demi mendapatkan materi yang bias memenuhi keinginan nafsunya
B.     Keidentikan Indonesia sebagai Negara korupsi
Berdasarkan empirisme, disaat kita melihat fenomena di Negara kita tercinta Indonesia, mengapa kami bias mengatakat atau mengklaim Negara kita Indonesia identik dengan korupsi? Dalam Negara kita patutkah rasanya apabila kita mengatakan bahwa Negara kita identik dengsn korupsi? Tentunya tidak! Karna kami lahir dan besar di Indonesia, karna disaping itu kita mempunyai argumentasi yang cukup untuk mengatakan indonesi identik dengan korupsi, kenapa kita bias mengatakan seperti itu? Karna saking maraknya dan terpopulernya tentang kasus korupsi di Negara kita dan para penulis buku, banyak yang menerbitkan tentang korupsi di Negara kita, dan menurut data Indonesia Corruption Watch(ICW) selama 2006 ada 36 yang diduga bertindak sebagai pidana korupsi bahkan selam tiga tahum terakhir nilai uang yang di korupsi mencapai Rp. 1,6 T jumlah itu sangat besar jika dikompensasikan untuk menyantuni rakyat miskin melalui program BLT (Bantuan Langsung Tunai) Rp.300.000 per orang miskin mampu membantu 5,8 juta orang, tentunya jumlah itu sangat pantastis dan luar biasa, karna berhubung koruptor yang terlalu mendominasi egonya, sehingga uang tersebut hangus tanpa mengandung arti apapun  yang bias di manfaatkan oleh orang yang seharusnya mendapatkan konvensasi yang seharusnya di konvensasikan , dan sejatinya korupsi di Negara kita tidak hanya dilakukan oleh kepala daerah seperti Bupati, wali kota atau gubernur, tercatat sejak tahun 1999 sampai 2009 ini para anggota DPRD banyak yang terlibat, yang sudah di perkirakan telah mengeksploitasi uang Negara tidak kurang 200 M dan jumlah para legislator yang terlibat mencapai 1.000 orang lebih.
Setelah kita melihat argumentasi di atas salahkah jika kami mengatakan bahwa Indonesia identik dengan Negara korupsi? Kami rasa pantas.
Dari argumentasi yang lain di Negara kita yang suda mempolaritas dalam kehidupan, inilah tabel tahun 1996-2008

Tahun
Peringkat
Jumlah Negara
Nilai Indeks
1996
45
54
2,65
1997
46
52
2,72
1998
80
85
2
1999
96
98
1,7
2000
85
90
1,7
2001
88
91
1,9
2002
46
102
1,9
2003
122
133
1,9
2004
133
159
2
2005
137
163
2,2
2006
130
163
2,4
2007
143
180
2,3
2008
126
180
2,6
Ini menurut IPK, kita jangan membandingkan dengan Negara-negara di seluruh dunia, sedangkan di asia, Indonesia dalam lima tahun terakhir selalu naik podium dalam race corruption, tahun 2004 dan 2005 Indonesia nomor 1 dari 12 negara, tahun 2006 jumlah Negara menjadi 16 tetapi Negara kita masih mempertahankan nomor yang paling baik yaitu nomor 1 nomor yang paling didominasi apabila dalam aspek akademik pretasi.
            Maka dari itu saking banyaknya argumentasi yang kami temukan tentang fenomena tikus kantor yang menggerogoti uang rakyat tanpa toleransi sebagai manusia  yang tak bias hidup secara individu dalam menjalankan hidup ber bangsa dan bernegara, karna seakan-akan kuruptor tidak hidup tanpa materi .
Dalam setiap diadakannya suatu organisasi mayoritas timbul yang namanya korupsi, karna seakan-akan para anggota dari organisasi tersebut sangat memanfaatkan yang namanya organisasi, sehingga para anggota fikirannya yang terbalut dengan kenikmatan yang bersifat semu itulah yang dikejar, itulah yang diprioritaskan, itulah yang di utamakan, ironisnya karna siapapun yang masuk dalam politik tak ada yang namanya kiai, ulama’ dan sebagainya, seakan-akan ilmu yang ia ketahui bagaiman hukum korupsi, apakah baik atau tidak, itu tidak ada di benaknya para politisi, seakan membuat segala macam cara, menghalalkan segala macam cara agar bias mendapatkan materi yang lebih dalam hidupnya, dan kami tidak habis fikir, karna mayoritas yang mencalonkan diri dalam dunia politik adalah orang yang bertitle kiai, kalau seandainya meskipun bukan kiai atau ustad apabila seandainya menjalankan regulasi pada tempatnya yang harus dijalankan maka Negara kita takkan seperti ini,
Coba kita lihat macam-macam korupsi yang sudah mendomonasi di Negara kita dan yang telah mengkontaminasi adalah sebagai berikut:
-          Korupsi prolog
-          Korupsi dalam memperbesar dana pusat
-          Korupsi dalam rekayasa voucher dan bantuan proyek
-          Korupsi dalam mark up anggaran
-          Korupsi dalam bidang pendidikan
-          Korupsi dalam bidang kesehatan
-          Korupsi semesta dari upah sampai gratifikasi
-          Korupsi pusat di daerah Korupsi para anggota DPRD
-          Dan lain-lain
Dan yang menjadi ketidak pantasan, korupsi dalam  bidang pendidikan, pantaskah korupsi dalam bidang pendidikan itu juga ada? Kurasa tidak, karna seharusnya dalam bidang pendidikan bagaiman cara menciptakan bibit-bibit generasi penerus bangsa yang cerdas cermat, tanggap dan lain-lain, dan secar universal bagaiman cara menciptakan masyarakat madai di Negara kita.
C.    Solusi untuk meredam korupsi
Dalam suatu organisasi pasti disitu sudah tercantum regulasi-regulasi yang sudah ditetapakan, otomatis didalamnya tidak hanya melibatkan satuu individu , melainkan lebih dari satu individu atau bisa dikatakan sebagia faksi-faksi social, maka disitulah terbentuk struktur social dimana ada bawahan dan atasan dan struktur social terjadi stratifikasi social dalam masyarakat karna perbedaan status dan kedudukan, oleh karna itu meskipun kita mengandalkan regulasi yang super ketat apabila tanpa ada kesadaran dalam diri kita sendiri semuanya akan sia-sia, tetap saja ada anggota dari organosasi tersebut yang slalu menyeleweng melewati batas regulasi yang sudah ditetapkan, tercantum, maupun sudah menjadi bahan pokok sebagai undang-undang dalam organisasi tersebut, maka dari itu kita harus belajar malu, karna pada perputaran zaman kita hidup dizaman keterbukaan, tehnologi dan modernnisasi dan tingkat pendidikan masyarakat yang mulai maju, seiring dengan keterbukaan kebebasan mengeksploitasi gagasan dan idenya dan tak ketingggalan jug ide dalam  mengungkapkan memberantas korupsi, sajian media massa mempertontonkan kasusu-kasus pajabat ekskutif dan anggota parlemen yang terhormat tertangkap basah meneriman suap korupsi.
Kebiasaan aneh bangsa ini mereka menganggap sudah benar maupun menjadi vulgaritas dalam kehidupannya, maupun menjadi rutinitas yang harus dilakukan dalam hidupnya atas apa yang harus dikerjakan, mempertanggung jawabkan secara moral menjadi event rutin tanpa merasa bersalah, memperlihatkan kekuasaannya adalah amat baik dari rakyat, masyarakat dibiasakan berfikir hipokrit, dan para tikus kantor merasa malu kalau tidak mempunyai mobil mewah, rumah megah dan harta berlimpah, dan sekarang yang menjadi problem adalah dalam mengembang amanat , mengapa harus munafik untuk mengatakan ketidak berdayaan atau ketidak mampuan dalam mengembang amant, dan menyusun anggaran jika pada kesempatan hak rakyat harus dikebiri, harus hilang tanpa arti dan hangus karna seolah-olah perbuatan insan yang tak merasa malu dan berdosa .
Apakah tidak malu gelar akademika kita tertukar dengan sebuah materi, apalagi kompensasi scenario politik kekuasaan yang bersifat sementara, jadi apabila kita belajar malu pada dirikita sendiri dan kepada orang lain maka kita akan selalu mengintropeksi diri dalam menjalankan regulasi maupun mengembang amanat, disaat kita mempunyai rasa malu kita akan selalu berhati-hati dalam melangkah dan lebih spesefiknya dalam menjalankan regulasi pemerintah, secara otomatis akan timbul rasa takut, takut dalam artian ia merasa takut dalam menjalankan amanat akan ketidak berhasilannya dalam menjalankan amanat, itu merupakan solusi paling fundamental paling terprioritas untuk bias menimalisir tentang kasus korupsi, akan tetapi orang untuk mempunyai kesadaran dan mempunyairasa malu pada dirinya sendiri itu sangat sulit, mungkin karna sudah tergila-gila dengan materi maupun sudah terkontaminasi oleh yang namanya materi dalam hidupnya, sehingga mereka selalu tidak  berfikir panjang tentang bagaiman nasib bangsa dan Negara kita kedepannya.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Korupsi merupakan tindakan yang merugikan maupun menganbil alih sesuatu yang bukan hak miliknya.
2.      Dalam Negara kita, dimana ada suatu organisasi mayoritas timbul yang namanya korupsi, dan karna banyak kasus-kasung yang cukup banyak dan data argumentasi tentang para politisi terlibat korupsi, maka dari itulah kami sebagai penulis makalah bias mengatakan bahwa Negara kita Indonesia sangat identik dengan yang namanya korupsi, dan karna korupsi sudah terdapat dimana-man
3.      Untuk memberantas korupsi memerlukan kesadaran dalam diri kita masing-masing, karna meskipun para koruptor terikat dengan regulasi yang super ketat, itu akan tetap akan melampui batas-batas yang seharusnya tidak dilewati, maka kesadaran diri dalam setiap pemimpin itu sangat penting dan merupakan kelakuan yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin kita
B.     Saran
1.      Untuk setiap para pemimpin hendaknya mereka harus mengingat-ingat kapada rakyat yang membutuhkan dukungan serta konvensasi, agar bias mendapatkan perlindungan, anyoman yang seharusnya didapatkan, maka dari itu, pemimpin atau wakil dari bangsa kita yang dipercaya untuk menjalankan amanat, yang kurang perduli terhadap mastarakat miskin, agar mereka lebih meng orientasi mempersepsi rakyat dan Negara kita yang tertimpa utang yang sangat besar dan kemiskinan yang merajalela, dan pengangguran yang cukup banyak, dan Negara kita tidak akan pernah aman apabila para kepercayaan Negara terus mengikis uang rakyat tanpa ada pemanfaatan dan arti apapun bagi masyarakat yang sangat membutuhkannya.
2.      Kami harap dalam setiap pembaca makalah ini, terutama ibu bapak guru kami, agar senantiasa memerhatikan isi maupun tulisan makalah ini, dan menimbang-nimbangi dengan referensi yang lain, karna kami sangat membutuhkan kritik dan saran anda, dan lebih khususnya bapak ibu guru kami, untuk menunjang kesempurnaan makalah ini, karena kami apresiasi, bahwa makalah ini sangat jauh dalam integritas atau kesempurnaan.


                                                      DAFTAR PUSTAKA

 





KARYA ILMIAHKU: MAKALAH "BAPAK TULUS"

  MAKALAH BAHASA INDONESIA MENGEMBANGKAN APRESIASI PROSA BERTEMA KEHIDUPAN     Disusun oleh: Nama                               ...