Gumpalan Penyesalan
Oleh Ach.Rubai
Di ujung petang yang tak dapat kembali
Bayangan fajar nan terlanjur berlari
Sejarah yang tak dapat kujabah lagi
Terpetik dawai luka di hati
Melahirkan lara seribu sedih
Tak kuasa menyunggi lagi
Usai semua telah pergi
Biar semua kutenggak
sendiri
Demi ilahi robbi yang mengakhiri
Ya robbi latuakhidzni in nasitu aw akhtho’tu amein !!!
Inilah gambaran perasaanku yang teriris belati kekalutan tanpa arah
dan tujuan. Berawal ketika aku tengah berenang ditengah-tengah samudra
glamoritas kelalaian. Hingga
akhirnya aku tak dapat menepi dan aku terkubur beberapa saat di dalamnya
sendirian .
Pagi yang cerah menggiringi hari ini ketika sang mentari mulai
mengintip dari ufuk timur semua embun pagi kini perlahan mula pamit dari
selesehannya yang sejenak.
Pagi itu aku dibangunkan
oleh bundaku “ Tika, ayo bangun
mandi sana sekarang hari senin nanti telat, lho,
yang ke sekolah”, ucap
ibuku sedang membuka jendela dan korden kamarku.
Sejurus kemudian Aku pun langsung ke kamar
mandi untuk membersihkan diriku yang lusuh dan
bau. Setelah usai mandi aku pun berganti
baju seragam
sekolah. Lalu, bunda memanggilku”Tika,
Tika, ayo
kemari sarapan dulu, nak bareng
ayah dan bunda sarapannya sudah disajikan ini”kata bundaku diruang makan.
“Ia, Bunda,
tunggu dulu aku masih
lagi pakai seragam.”,jawabku.
Dalam hati akupun sangat bangga
terhadap keluargaku. Karena kemi hidup dengan keharmonisan yang dibalut dengan
kasih saying yang rekat. Setelah
sarapan aku pun pamit kepada mereka untuk pergi ke sekolah.
“Ayah, Bunda
aku pamit dulu ya aku mau berangkat ke sekolah”
ucapku kepada mereka dan mencium tangan mereka.
“Ya, Nak, tapi tunggu dulu biar pak Bejo
antar. ya ?
“Tidak
bunda tidak usah aku sudah punya janji akan
berangkat ke sekolah bersama-sama
temanku Sinta.
Lagi pula sekolahku kan dekat hanya
berjarak duaratus meter.”
“Ya,
sudah hati hati di jalan”
“Ya, Bunda.
Assalamualaikum”
“Waalaikumusalam”
“Di depan
rumah nampak
Sinta
sedang menungguku dengan menggunakan sepeda motor bernopol M454NK. Tika, ayo
sini cepat nanti telat, lho, sekarang udah pukul 06.45, nih.”
“Ya, ya, bawel
banget sih kamu, ya, sudah ayo tancap!”
“Pegangan yang kuat, Tik.! Satu, dua, tiga !!!”
(Aku memegang erat padanya.)
Di sepanjang jalan aku melihat banyak
pemandangan yang menyanjung hati, bunga – bunga yang sedang merekah dihinggapi lebah. Nyanyian
burung pipit membuat aku berdendang sejenak. Kupu - kupu yang berterbangan nan
berpasang – pasangan. Dan, masih banyak lagi yang memikat mata telanjangku. Embun pagi pun masih setia mengantarkan
kami ke sekolah hingga
sampai.
“Tika, sudah ayo turun,
kita sudah sampai ke sekolah aku mau memarkir motorku dulu”, pinta
sinta padaku.
Sekolah kami adalah SMADAR, ya,
begitulah orang memanggilnya. Kami akui memang sekolah ini adalah sekolah
swasta. Tapi, sekolah kami sudah berulang kali menyabet kejuaraan baik local
maupun regional seperti juara dua nasyid Akapella Sejawa Timur (2013), juara
satu Nasyid Akapella sekabupaten, juara satu pidato Bahasa Inggris se-Madura (2011)
juara dua KTI ( Karya Tulis Ilmiah )se-Madura yang diselenggarakan baru-baru
ini dan masih segudang prestasi dan cindramata yang berpuncak dari lapisan
siswa – siswi SMA tercinta ini.
Bel masuk pun berdering menjadi indikator bahwa kegiatan KBM pun
akan segera dimulai.
Para siswa berangsur-angsur masuk kekelasnya masing-masing.
Tak terkecuali aku dan sinta Karena kami sekelas. Tiba-tiba Sinta menepuk
pundakku lantas bertanya padaku. “Tika kamu sudah selesai PR Matematika ?
Belum kamu ?
aku sudah. Ini biar kamu mencontoh punyaku saja !
“ha sudahlah !!! tidak usah terimakasih aku malas, lagi pula Ibu
siti zubaidah orangnya gak pernah marah”, tandasku pada sinta.
Eh kamu itu dibilangian malah ngajarin. Ibu zubaidah itu gak marah
lantaran nganggap kita yang membutuhkan
nilai. Jadi kita yang harus proaktif bukan beliau Nanti kalau kamu disangsi
bagaiman ? tanyanya.
“Ia sudah tinggal jalanin saja kok repot”.tegasku padanya.
“Ah kamu ini pendek amat sih
pikirannya. Lagi pula mapelnya nanti setelah istirahat bagaimana kalau kamu kerjakan
saja ? tuturnya membujukku.
Oh ia ngomong-ngomong kenapa kamu bisa tidak mengerjakan tugas ini?
“Ia jadi gini, aku itu semalam buat puisi sampai – sampai ketiduran
Sehingga aku lupa kalau aku punya PR Matematika .
“Oh jadi kamu lupa terus kenapa kamu tidak mengerjakan toh nanti
ketika istirahat bisa kok lagi pula pertanyaan PR-nya hanya 5 ? Tanya sinta
ingin tahu.
” Aku itu sekarang lagi malas”.jawabku.
Iya sudah ayo masuk sekarang pelajaran sejarah. Nanti kalau telat
kita dimarahi.
Iya sudah. Mari sin !!!
Kemudian kami pun berjalan setapak demi setapak menuju kelas kami.
Hingga akhirnya kami sampai dan KBM pertama pun mulai berlangsung.
*****
Tiba –tiba Suara Raksasa
yang mengangkat Gadahnya kearahku memanggil
- manggil namaku” Tika ! Tika ! dasar remaja yang tidak tahu diuntung!.” Sambil
mengayun –ngayunkan gadahnya. “Kamu telah
menyia-nyiakan masa remajamu dengan tidak maksimal. Kini kau akan aku hukum
dengan pukulan gadah ini.” sambil mengusap - ngusap jenggot naganya. Sontak aku
pun berlari menjauh dari raksasa itu. Aku lepaskan sepasang sepatuku dan aku
berlari sekencang – kencangnya berharap bisa lepas dari amukan Raksaksa itu.Sesekali aku terjatuh karena
berlari terseok – seok. Hingga, tangan yang mengacungkan gadah itu berkelebat
cepat dan menghantamkan gadahnya padaku. “Rasakan ini tika ha ha ha” (jeggerrrr).
Aku berteriak memintatolong pada sinta tetapi dia hanya diam saja seolah-olah
asyik menonton pembantaian raksasa itu terhadapku “Teganya kau sinta tak
menolongku”kata hatiku yang terisak - isak. Aku hanya dapat `menjerit-jerit dan menteriakkan
pertolongan sambil menangis-nangis. Tiba-tiba ada tangan yang menolongku dari
raksasa itu dan terdengar suara “tikaaa
bangun !!! tikaaa bangun !!!. Sontak aku pun kaget karena itu semua
hanya mimpi dan aku tersipu malu karena ternyata suara itu adalah suara ibu Niken
guru Mapel Sejarah yang sedang mengajar dikelasku. Dengan nada yang agak
menyentak Ibu Niken pun menyuruhku membaca halaman LKS yang beru saja ia jelaskan “Tika ayo kamu baca sekarang
halaman yang baru saja ibu terangkan !!! agar kantukmu tidak terus membelenggumu”,perintah
ibu niken sambil bersungut – sungut padaku.
“Iya Ibu maaf.“,lantas membacanya dengan suara yang jelas.
Tak lama kemudian bel
pergantian pelajaran pun berdering. Setelah pelajaran sejarah aku memikirkan
mengenai mimpi yang baru menyelinap kedalam
tidurku. Berasa mimpi itu mengepungku dan memenjarakanku walau sesaat tapi
berbekas. Aku tertegun dan berpikir – pikir hingga menyadari bahwa itu adalah
teguran mengenai PR Matematika yang nantinya tidak akan aku kerjaka.
Rintikan kesedihanku perlahan berkucuran dan berderaian. Dalam
relung batin aku merasa menysal telah meremehkan guruku (Ibu Siti Zubaidah) dan tugas yang diamanahkannya
padaku. Sejurus kemudian aku pun berinisiatif guna mengerjakannya nanti ketika
jam istirahat. Agar mimpi itu tidak menjelma kedalam kehidupan nyataku lantas
aku beristighfar
” Astaghfirullah haladzim yahayyu yaqayyum”, sambil mengusap pipiku
yang bersimbah air kesedihan dan
menganak gumpalan – gumpalan penyesalan.
Penulis adalah siswa SMA
Darussyahid Sampang dan seorang cerpenis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar