Sabtu, 05 April 2014

CERPEN REMAJA: TIRAI



TIRAI

Karya: Srisa

 

Kamis itu pepohonan menari dipermainkan angin. Suasana sekolah yang paling tua di kota itu masih sepi, Padepokan 54, demikian SMA itu disebut. Hanya ada beberapa siswa yang lalu lalang di pelataran sekolah. Yaya sendirian berjalan setelah memarkir sepeda motor di tempat parkir menuju kelasnya. Kelasnya berada paling ujung barat. Tanpa sengaja dilihatnya seseorang duduk di kursi panjang depan kelas ternyata Dia!

“Cuek saja, deh!”,  pikirnya.

Toh, tidak sedetik pun dia menoleh padanya. Walaupun ujung hatinya terasa deg-deg tidak karuan.  Bagaimana pun ada rasa terkesiap ingin berteriak. Sudahlah, harus melupakannya, harus, jangan ragu!

“Eh, Ya. Kok terburu-buru ada apa, sih?” tanya Kilil, sahabatnya.

 “Tak ada apa-apa, kok!” Yaya tersenyum pada sahabatnya itu.“Duluan, ya?” pamitnya pada Kilil. Yaya teruskan jalannya, namun tak berapa lama ada suara yang sudah dia kenal memanggil.

“Ya, tunggu!” panggil suara itu.

Yaya menoleh ke arah suara itu. “Ada apa, Kak?” jawabnya lemas karena menahan sakit yang amat sangat sekali...jatuh airmatanya.

“Maaf ya, Ya, aku salah” Kata Kak Ridho.

“Tidak apa-apa, Kak. Semua sudah berlalu.”  Kata Yaya dengan menyimpan rapat-rapat semua kesakitan.

“Saya pulang dulu, ya Kak?” pamitnya pada Kak Ridho.  Dia merasakan sesak  dadanya seolah-olah menolak rasa itu hadir kembali. “A-k-u - m-a-si-h – s-a-y-a-n-g”, begitulah rasa itu.

Langkah gontai menuju tempat parkir, dia pakai helm kemudian membawa sepeda motornya ke depan pintu gerbang sekolah, dan reng-reng......Dengan menyebut nama Tuhan, Yaya mengendarai sepedanya. Ya, Tuhan! Tolong bantu aku melupakannya, demikian harapnya.

Sampai di rumah, Ibu Yaya sudah menunggu di teras. Samar-samar dari pintu depan terdengar lagu favorit Ibu, kalau tidak salah dari penyanyi era 90-an, Rafika Duri :

Lelah, lelah hati ini, menggapai hatimu tak jua menyatu.Lelah, lelah hati ini bagaimana kelak ku akan melangkah di sisimu..” seolah-olah tahu kepedihan Yaya.

Hari ini, seperti biasa Yaya berangkat ke sekolah. Lagi-lagi, nama Kak Ridho terngiang di telinga, wajahnya terlukis di matanya. Dan ....ternyata Kak Ridho sudah berdiri di balik pagar tempat parkir.

“Ya, tunggu!” katanya menyentakkan lamunan Yaya.

“Ada apa, Kak?” jawab Yaya dengan pandangan hampa. Mulutnya seraya bungkam, tidak dapat berucap kata lebih banyak.

“Bulan depan aku harus meninggalkan kota ini. Doakan aku diterima di PTN pilihan. Ya!” Kak Ridho mengatakan sesuatu yang tidak kuinginkan. Dia tambahkan lagi perkataan yang semakin mengiris perasaan Yaya. Entah apa yang dikatakan, aku tidak sanggup mendengarnya.

“Terima kasih, Kak!” ucap Yaya lalu berlalu.

            Datar saja rasanya. Berbagai kecamuk mengganggu pikiran. Dia berharap seperti air mengalir, tanpa gerak melawan, tanpa caci di angan. Walaupun di samping hatinya yang lain berkata “tidak bisa”.

Sampai datang klimaks yang kusam dalam kehidupan remajanya. Suara yang keras itu membelah perasaan siapa saja yang mendengarnya.

“Kamu yang bernama Yaya, kan? Jangan ganggu Ridho! Dia tidak cocok dengan kamu”, kata seorang wanita paruh baya kepada Yaya, yang belakangan dia ketahui bahwa beliau adalah ibu Kak Ridho.

Yaya terdiam seribu bahasa. Tak sekata pun dia jawab. Tidak akan pernah ada gertak di matanya. Apalagi, dia masih mempunyai sopan-santun pada orang tua.   

“Perhatikan sekali lagi jangan pernah mengganggu Ridho!” Ucap wanita itu sambil berlalu dari hadapannya.

            Akhirnya, entah datang darimana kesadaran itu. Pikirkan sekolah itu lebih utama. “Dia” bisa dicari kapan saja. Datar saja Yaya menanggapinya. Antara luka pintu menganga, antara bahagia pintu terbuka, antara bebas sebebas-bebasnya burung merpati, dan antara hati yang telah berkubang. Ah, sudahlah, yang penting tirai itu suatu saat akan terbuka untuknya.

                                                                                                            Sampang, April 2014

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARYA ILMIAHKU: MAKALAH "BAPAK TULUS"

  MAKALAH BAHASA INDONESIA MENGEMBANGKAN APRESIASI PROSA BERTEMA KEHIDUPAN     Disusun oleh: Nama                               ...