Salah Paham Bu Tom Jerri
Blok
Melati sebenarnya dikenal sebagai lingkungan yang rukun dan tenang. Para
warganya saling membantu, terutama ketika ada acara pengajian, lamaran, atau
peringatan Maulid Nabi. Namun, suasana mulai berubah sejak kedatangan penghuni
baru bernama Bu Tom Jerri, perempuan berusia sekitar tiga puluh lima tahun yang
baru pindah bersama suaminya, Pak Tom Jerri.
Suatu
sore, Abah Soto, tetangga yang dikenal suka membawa kabar, datang berkunjung ke
rumah Bu Tom Jerri sambil membawa sekantong gorengan.
“Bu Tom,” katanya pelan, “saya cuma mau kasih tahu, tadi saya dengar suaminya
Bu Rere ngomong di warung. Katanya, saya jangan terlalu dekat sama Pak Tom.
Takutnya… nanti ikut terseret kasus lama.”
“Kasus lama? Maksud Abah apa?” tanya Bu Tom Jerri, matanya langsung membulat.
“Ya itu, katanya dulu Pak Tom sempat... eh, ya, urusan korupsi gitu,” jawab
Abah Soto setengah berbisik.
Wajah Bu
Tom Jerri langsung memerah. Ia menatap tajam ke arah Abah Soto.
“Berani-beraninya mereka menjelek-jelekkan suami saya! Saya tidak terima, Bah!”
serunya dengan nada tinggi.
Tanpa
pikir panjang, Bu Tom Jerri melangkah cepat menuju rumah Bu Rere. Sesampainya
di sana, ia langsung memanggil dengan suara lantang,
“Bu Rere! Keluar! Saya mau bicara!”
Bu Rere
yang sedang menyapu halaman keluar dengan wajah bingung.
“Ada apa, Bu Tom?” tanyanya pelan.
“Suami Ibu menuduh suami saya korupsi dan menyebarkan cerita ke mana-mana! Apa
maksudnya itu?” kata Bu Tom Jerri sambil menatap tajam.
Bu Rere
terkejut. “Astaga, Bu! Suami saya tidak pernah bilang begitu. Kami bahkan tidak
pernah membicarakan keluarga Ibu.”
“Ah, jangan pura-pura! Saya sudah tahu dari Abah Soto!” bentak Bu Tom Jerri.
Suasana
menjadi tegang. Beberapa tetangga mulai keluar melihat keributan itu. Bu Rere
hanya bisa menunduk, menahan air mata.
“Kalau Ibu tidak percaya, silakan tanya sendiri pada suami saya,” katanya
lirih.
Namun, Bu
Tom Jerri sudah terlanjur terbakar amarah. Ia pulang dengan langkah berat
sambil menggerutu.
Sejak hari itu, hubungan mereka menjadi dingin. Setiap kali Bu Rere lewat dan
menyapa dengan sopan, Bu Tom Jerri hanya melirik sinis. Kadang bibirnya
menceng-menceng, seolah menahan kata-kata pedas.
Tidak
berhenti di situ, dalam setiap acara pengajian atau pertemuan ibu-ibu di blok
itu, Bu Tom Jerri kerap berkata dengan nada menyindir,
“Kalau kumpul sama Bu Rere, hati-hati, ya. Suka ngomongin orang!”
Padahal, semua tahu bahwa Bu Rere tidak pernah menjelekkan siapa pun selama
puluhan tahun tinggal di sana.
Lama-kelamaan,
warga mulai sadar siapa sebenarnya yang sering menebar tuduhan tanpa bukti.
Mereka mulai menjaga jarak dari Bu Tom Jerri.
Di beranda rumahnya yang kini sepi, Bu Tom Jerri sering terlihat termenung.
Mungkin ia mulai menyadari bahwa amarah dan prasangka telah merusak hubungan
yang seharusnya bisa menjadi awal persahabatan.
Dari
kejadian itu, warga Blok Melati belajar bahwa gosip dan salah paham bisa
menghancurkan kedamaian yang dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar