Cerita Mini
Lengkingan Lemah
Karya: Srisa
Pagi itu, di SMA Negeri 3 Sampang, Ainur datang tergesa ke ruang
perpustakaan.
“Bu, di tempat pembakaran sampah ada anak kucing!” katanya panik.
Aku segera mengikutinya. Benar saja, di balik tumpukan kardus bekas,
tiga ekor anak kucing kecil meringkuk dan suaranya melengking ketakutan memanggil
induknya. Betapa lemahnya mereka.
“Kasihan sekali mereka,” gumamku. “Cepat, kita cari kardus untuk tempatnya!”
Zainur, Dimas, dan Ridho ikut membantu. Kami memindahkan anak-anak
kucing itu dengan hati-hati. Setelah semuanya aman, aku menatap mereka bingung.
“Kita taruh di mana, ya? Kalau di sini, nanti bisa dibakar lagi,” kataku.
“Di depan perpustakaan saja, Bu. Aman di sana,” usul Ridho.
Kami pun sepakat menaruh mereka di teras depan. Tak lama, beberapa siswa lain
datang menghampiri.
“Bu, biar kami bantu rawat. Kasihan banget, masih kecil,” ujar Syafa
sambil mengelus salah satu anak kucing..
Aku mengangguk, lalu bergegas ke kantin. “Tolong, beli susu ya. Kita campur air
sedikit biar tidak pekat,” kataku. Riski juga bersedia merawat jika hari Senin
mereka masih ada di sini.
Anak-anak itu merawat dengan penuh kasih. Namun, kekhawatiran lain
muncul.
“Kalau induknya tidak datang, Bu?” tanya Zainur.
“Semoga dia bisa menemukan anak-anaknya,” jawabku pelan.
Akhirnya, dengan bantuan Pak Kebon, kami letakkan mereka di tempat yang
lebih aman, dekat area sampah, tempat awal ditemukan.
Hari itu Jumat, hari terakhir sebelum libur. Dalam hati aku berdoa, “Ya
Tuhan, jaga mereka. Biarkan tiga makhluk kecil itu tumbuh dengan bahagia di
sekolah ini.”
Suara tangis mereka mencari induknya melengking-lengking. Suara
lengkingan itu sangat lemah namun dapat membuat hati teriris mendengarnya. Terutama
bagi orang yang memiliki kelembutan hati dan kecintaan pada binatang lemah itu,
memanggil-manggil yang tak berbalas juga.
Jumat, 30-10-2025; 13:59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar