Cerita Mini:
Hati
Seluas Samudera
Oleh :
Srisa
Pagi itu, suasana rumah keluarga Rere terasa hangat. Ibu sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali menatap kedua anaknya yang duduk di meja makan. Rere, gadis kelas XI yang penurut, sedang membantu menata piring. Sedangkan adiknya, Riza, masih sibuk menatap layar ponselnya. Jemarinya lincah bermain game, seolah dunia di sekitarnya menghilang.
Keesokan paginya, Ibu meminta tolong Riza untuk mengaduk
bubur untuk sarapan pagi. Riza tidak mendengarkan. Sampai-sampai kakaknya agak
berteriak kesal. “Riza, saya masih menyiapkan piring saji kalau kakak bertangan
empat, pasti tidak akan meminta tolong kamu!”
Ibu hanya bisa tersenyum getir melihat anak
laki-lakinya yang sangat bergantung kepada HP. Beliau menyesalkan kelakuan Riza
dan berucap doa, “Ya Allah, berikanlah kesadaran untuk anak hamba”.
Selama ibu dan Rere pergi, Riza menghabiskan waktu
hanya dengan bermain game. Ia lupa makan, lupa tidur, bahkan lupa mandi. Hari
berganti malam, malam berganti pagi, hingga tubuhnya mulai lemas. Pandangannya
kabur, kepala terasa berat, tetapi tangannya masih berusaha menekan tombol di
layar. Hingga akhirnya, gelap. Ia pingsan di ruang tamu.
Di rumah sakit, Riza terbaring lemah dengan infus
di tangannya. Ibu duduk di sampingnya, wajahnya tenang meski matanya sembab.
“Riza, Nak… Ibu sudah bilang, jangan terlalu lama main HP. Semua yang
berlebihan itu tidak baik,” ucapnya lirih sambil membelai rambut anak
laki-lakinya. Air mata Riza menetes. Dalam hatinya ia merasa bersalah. Ia baru
sadar, selama ini terlalu egois dan tidak pernah mendengarkan nasihat ibunya.
Ia telah menyia-nyiakan perhatian dan kasih sayang yang begitu besar.
Sejak saat itu, Riza berubah. Ia mulai membantu ibu
tanpa disuruh, belajar mengatur waktu, dan jarang sekali bermain game terlalu
lama. Ia tahu, kasih sayang seorang ibu begitu luas, seluas samudera yang tak
pernah kering meski terus menampung gelombang kesalahan anaknya. Sampang,
6-10-2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar