Esai
Jika Ingin : Renungan untuk Para Pejuang SNBP dan SNBT
Oleh: Srisa
Masihkah Anda bergantung 'sepenuhnya' pada gawai yang katanya menjadi solusi kehidupan? Memang dalam kehidupan modern saat
ini, gawai seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Sejak
bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, layar kecil itu seolah menjadi
jendela dunia. Namun, di balik manfaatnya yang besar, tak jarang gawai justru
mengambil alih semangat dan waktu para pelajar. Banyak yang terjebak dalam
kenyamanan semu dunia maya hingga lupa bahwa cita-cita membutuhkan kerja keras,
bukan sekadar sentuhan jari di layar.
Jika ingin mendapatkan cita
yang terbaik, berusahalah. Jangan hanya bermain tuts-tuts smartphone tanpa
arah. Hidup bukan permainan instan yang selesai dalam satu ketukan. Ia adalah
perjalanan panjang yang menuntut kesabaran, ketekunan, dan keberanian
menghadapi kesulitan. Kita masih berada di “laboratorium kehidupan”, tempat di
mana segala pengalaman dan ujian menjadi bahan pembentuk karakter diri. Suatu
saat nanti, kita akan masuk ke “hutan belantara kehidupan” yang
sesungguhnya, penuh rintangan dan persaingan. Tanpa latihan keras sejak dini,
kita bisa tersesat di dalamnya.
Cita-cita tidak akan tercapai hanya dengan tidur beralas mimpi. Ia menuntut tindakan nyata dan kesungguhan dalam belajar. Banyak siswa bermimpi masuk kampus impian lewat jalur SNBP atau SNBT, namun lupa bahwa keberhasilan hanya datang bagi mereka yang disiplin, fokus, dan pantang menyerah. Apalagi kevalidan nilai akan divalidasi oleh Tes Kemampuan Akademik (TKA). Anda masih nyantai-nyantai? Nilai Anda yang 90 belum tentu menjadi jembatan ke perguruan tinggi favorit Anda. Akan tetapi, bagaimana cara mewujudkan nilai dengan kerja keras yang otentiklah yang tervalidasi oleh TKA. Itulah jawabannya.
TKA adalah tes yang dilaksanakan untuk memvalidasi nilai rapor siswa yang masuk eligibel (calon/nominasi jalur SNBP, masuk dengan prestasi rapor). Sedangkan, SNBT adalah jalur bagi para pejuang di luar kandang. SNBT adalah jalur tes dengan pesaing dari seluruh penjuru Indonesia. Merupakan hal yang membanggakan jika bisa menembus jalur ini. Tentunya, dengan berusaha keras untuk mencapainya. Tidak berarti harus belajar tanpa henti, tetapi bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik.
Dengan tujuan 'nilai' ini bukan berarti kita diperhamba oleh nilai, oh nooo! Akan tetapi, dengan adanya nilai, kita akan lebih bertanggung jawab dan ada tujuan hidup yang pasti. Menggambarkan hasil dari usaha yang kita lakukan. Tidak cukup hanya berandai-andai; setiap langkah harus diarahkan menuju tujuan besar. Cita-cita bukan untuk dipandang, melainkan menjadi mata bagi setiap langkah kaki.
Kita hidup di zaman yang serba
cepat, di mana hiburan digital mudah menggoda dan menunda kesungguhan. Karena
itu, penting bagi generasi muda untuk menyeimbangkan antara kemajuan teknologi
dan nilai-nilai perjuangan. Gunakan gawai sebagai alat belajar, bukan pelarian
dari kenyataan. Jadikan teknologi sebagai jembatan menuju ilmu, bukan jurang
yang menjauhkan kita dari masa depan.
Ketika gawai tak lagi ada, atau hidup terasa sulit di bawah rata-rata, yang akan bertahan bukanlah mereka yang sibuk bermain dunia maya, melainkan yang terbiasa berjuang dalam kesulitan. Sebab mereka tahu: hidup memang tidak mudah, tetapi setiap kesulitan selalu mengandung pelajaran. Semakin banyak kita berlatih sabar, semakin kuat pula jiwa kita. Serta jangan lupa pada Dia sebagai Pengingat dan Pengijabah cita-cita! Semakin sering dahi bersujud di sajadah panjang, semakin dekat pula kita pada buah manis kehidupan.
Generasi muda harus sadar
bahwa dunia maya bukanlah dunia nyata. Jangan biarkan cap “generasi Z yang
rapuh” menaklukkan semangat juang. Hidup tidak bisa dijalani dengan sekadar
menonton layar; ia harus diperjuangkan dengan kerja keras, tekad, dan doa. Masa
depan bukan untuk mereka yang pasrah, tetapi untuk mereka yang mampu
memperbaiki diri, menghadapi kenyataan, dan berani berjuang sampai akhir.
Akhirnya, esensi dari
perjuangan di jalur SNBP dan SNBT bukan hanya tentang lulus seleksi atau
diterima di universitas impian, melainkan tentang pembentukan karakter: menjadi pribadi tangguh,
mandiri, dan beriman. Karena cita-cita sejati tidak sekadar
dicapai, tetapi diperjuangkan dengan hati, pikiran, dan ketulusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar