Jumat, 10 Oktober 2025

Cerita Mini : Shinji

 

Shinji, Oren, dan Putih

Oleh: Srisa

Di sebuah rumah sederhana di Perumahan Kota Sampang, hidup tiga ekor kucing yang saling menyayangi satu sama lain: Shinji, Oren, dan Putih. Mereka bukan kucing ras mahal atau hasil perkawinan terencana, melainkan makhluk kecil yang datang dari jalanan, dari tempat di mana manusia sering tak lagi menaruh belas kasih.

Shinji, seekor kucing jantan, berbulu abu-abu keperakan dengan sedikit belang di ekor. Tubuhnya tegap, namun sorot matanya lembut. Ia adalah kucing campuran medium-persia dan kampung. Dulu, ia ditemukan oleh Galih di pinggir jalan ramai Kota Malang, tempatnya berkuliah. Shinji dalam keadaan kotor, lapar, dan ketakutan. Saat itu umurnya kira-kira baru tiga bulan. Sejak hari itu, Shinji tak pernah lepas dari kasih sayang manusia yang menyelamatkannya.

“Shin, makan dulu ya… ini tongkol rebus kesukaanmu,” kata Galih suatu sore sambil menaruh piring kecil di lantai. Shinji mengeong pelan, seolah mengucap terima kasih. Ia menunduk makan dengan tenang. Delapan belas bulan yang lalu, Shinji dan Sachi selalu makan bersama dengan damai. 

Kini, Shinji sudah 4 tahun tanpa Sachi dan dua penghuni lain rumah itu, Oren dan Putih, telah beranjak dewasa, berusia satu setengah tahun. Mereka adalah dua dari tujuh anak Sachi, seekor kucing betina yang dulu diselamatkan dari tempat sampah.

Sachi melahirkan tujuh anak, tapi hanya Oren dan Putih yang mampu bertahan dari serangan virus mematikan.

“Putih, jangan rebutan, makan pelan-pelan,” kata Galih sambil tersenyum melihat dua anak kucing itu saling dorong di mangkuk susu. Oren menatap kakaknya dengan mata bulat, lalu mendekur, “Miawww, aku duluan, aku lapar banget!” Putih menepuk pelan kepala Oren dengan kaki depannya, “Miawww, kamu selalu duluan, Oreennn!”

Sachi, induk mereka, sudah hilang sejak delapan belas bulan lalu. Suatu hari ia keluar rumah dan tak pernah kembali. Entah, kalau dia sakit dan menyembunyikan dirinya, atau mati tertabrak seperti yang dialami beberapa temannya di sekitar jalanan perumahan. Entah di mana tidak tahu. Sejak kepergian itu, Shinji mengambil alih peran pelindung. Ia bukan ayah mereka, tapi kasihnya seolah ayah sejati.

Suatu pagi, ketika Oren dan Putih hendak bermain di halaman, Shinji duduk di ambang pintu, menatap tajam keluar.

“Shinji, aku cuma mau lihat kupu-kupu kok,” rengek Putih sambil menengok ke arah taman.

Shinji mengeong pelan, seolah berkata, “Jangan jauh-jauh. Dunia di luar tidak seaman rumah ini.”

Kini hanya mereka bertiga yang menjaga rumah itu. Saat malam tiba, suara dengkuran lembut mereka menjadi musik penutup hari. Kadang Oren tidur di bawah kursi, Putih di dekat Galih, dan Shinji berbaring di depan pintu, menjaga rumah dengan mata separuh terpejam.

“Shinji, kamu selalu di situ ya?” tanya Galih suatu malam. “Menjaga seperti kepala rumah tangga saja.” Shinji membuka matanya sebentar, mengeong lembut. Galih tertawa kecil. “Baiklah, jaga rumahnya, ya. Aku titip mereka.”

Ketiganya telah disteril, termasuk Sachi. Bukan untuk menghalangi kehidupan baru, melainkan untuk melindungi mereka dari penderitaan yang sering dialami kucing jalanan, kelaparan, sakit, dan telantar.

Melihat ketiganya hidup damai, Galih merasa bersyukur. “Kalian ini bukan sekadar hewan peliharaan,” ujarnya pelan sambil membelai bulu Putih. “Kalian keluarga.”

Shinji menatap pintu yang dulu menjadi jalan kepergian Sachi. Kadang ia duduk lama di sana, seolah menunggu Sachi pulang.
“Miawww…Miawww…” gumamnya lirih, entah kepada siapa. Sekelebat bayangan Sachi mungkin dirasakannya. Tapi di dalam hatinya, ia tahu, tugasnya kini bukan lagi menunggu, melainkan menjaga: menjaga Oren, Putih, dan rumah kecil yang kini menjadi dunia mereka.

Miawww… Sayangi kami! Kami makhluk Tuhan, sekecil apa pun. Kalaupun kalian tak bisa menolong semuanya, setidaknya jagalah yang ada di sekitar kalian. Setiap makhluk berhak hidup dengan layak, mendapatkan kasih, dan terbebas dari penderitaan akibat ketidakpedulian manusia. 

Sampang, 10 Oktober 2025, 22:13

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARYA ILMIAHKU: MAKALAH "BAPAK TULUS"

  MAKALAH BAHASA INDONESIA MENGEMBANGKAN APRESIASI PROSA BERTEMA KEHIDUPAN     Disusun oleh: Nama                               ...